Mohon tunggu...
Fauziah
Fauziah Mohon Tunggu... Dosen - Serenity

I will be back

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Idealisme Kesukuan

6 Oktober 2012   14:27 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:10 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Indonesia yang di kenal dengan ragam budayanya menyimpan kekayaan yang berlimpah. Dari Sabang sampai Maroke, berjajar pulau-pulau yang masing-masing menyimpan keunikannya. Tidak ada yang kurang dibanding yang lain. Setiap pulau memiliki ke unikannya sendiri.

Ketika disebut Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) maka jadilah ia sebagai suatu kesatuan utuh. Terbingkai dalam sebuah bingkai yang menyatukan semua keragaman itu. Tentu ini suatu keajaiban yang sangat luar biasa.

Idealisme kesukuan masih sangat kental di beberapa kalangan masyarakat. Sebagian besar masyarakat masih menggunakan Stereotype sebagai kacamata untuk melihat suku selain mereka. Sebut saja Aceh yang terletak paling ujung pulau sumatra, sebagian besar masyarakat Aceh sangat membenci suku Jawa. Maaf ini bukan bermaksud memecah-belahkan pihak manapun. Tapi beginilah kenyataannya yang menyebar di masyarakat.

Stereotype merupakan sebuah penilaian atau opini sekelompok masyarakat terhadap kelompok lain yang samasekali belum pernah berinteraksi langsung dengan objek yang dinilainya. Seperti orang buta yang membayangkan warna. Opini yang berkembang dikalangan masyarakat Aceh, Jawa adalah suku yang berkhianat maka semua anak-cucunya merupakan pengkhianat. Maka jangan heran, dulu Aceh sangat memusuhi masyarakat Jawa. Padahal ini hanya sejarah masa lalu, dimana seorang keturunan Jawa berkhianat kepada perjuangan kemerdekaan Indonesia. Perlu ditekankan lagi, itu dulu. Walaupun sekarang masih ada mungkin hanya sebagian kecil sisa-sisanya. Untuk menghindari hal inilah, pemahaman kesukuan harus ditanamkan kepada setiap generasi.

Culture shock lebih tepatnya di gunakan untuk masyarakat yang berlainan negara. Hal ini disebabkan iklim yang berbeda, bahasa, kebiasaan, makanan dan banyak hal lain yang berbanding terbalik dengan daerah asal.

Berada di Indonesia namun berbeda daerah juga akan mengalami kejutan-kejutan kecil itu. Apalagi berkumpul dengan manusia yang satu berasal dari barat dan satunya lagi dari timur. Kejutan-kejutan itu akan berefek tidak baik ketika kita tidak belajar memahaminya. Namun ketika belajar memahami kejutan-kejutan kecil itu, kejutan besar yang membuat gap antara suku tak akan pernah terjadi.

Knowledge about Cultures (facts and cultural traits)

+ Awareness (of yourself and others)

+ Specifi c Skills (behaviors)

= Cultural Intelligence

Culture Intelligence bisa menjadi penawar untuk bisa yang mematikan yang berkaitan dengan idealisme kesukuan. Semakin kita bisa merasa, maka kita semakin peka. Bermula dari diri sendiri untuk memahami keragaman dan keunikan orang lain. Membentuk suatu pemahaman yang mengakar bahwa perbedaan adalah sebuah keunikan.

Semoga dengan keberagaman ini, Indonesia menjadi lebih kaya. Bukan hanya kaya sumberdaya alamnya namun juga kaya sumberdaya manusianya. Setiap kita memegang peranan penting ini. Samasekali bukan tanggung jawab perorangan, institusi, ataupun pemerintahan saja.

This learning process is much like climbing a ladder—

hand over hand over hand, and step by step

Fauziah Humaira

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun