Mohon tunggu...
Fauziah
Fauziah Mohon Tunggu... Dosen - Serenity

I will be back

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Delisa "Sang Penakluk Tsunami"

27 Desember 2012   04:18 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:58 2976
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13565816231106502683

Ada yang masih ingat film “Hafalan Salat Delisa”? Sebuah cerita yang di angkat dari novel yang ditulis oleh Tere Liye, kisah nyata tsunami yang meluluh-lantakkan Aceh. Tere Liye bercerita tentang seorang gadis cilik yang selamat dari dahsyatnya bencana tsunami di Aceh delapan tahun yang lalu. Ya Delisa namanya yang digambarkan sebagai seorang gadis kecil tangguh mencabik-cabik hati siapapun yang menyimak kisahnya. Tere Liye berhasil menyihir penonton film yang diangkat dari novelnya ini dengan kisah yang sangat mengharukan. Penulis satu ini memang sangat ahli mengaduk-aduk emosi para penikmat novelnya. Kerjasama yang baik antara pengelola film dan Tere Liye merupakan salah satu alasan kesuksesan film “Hafalan Salat Delisa” sehingga menarik banyak penonton yang ingin menyaksikan ketangguhan Delisa seperti yang di gambarkan dalam novel. Decak kagum penonton atas kerjasama yang baik ini merupakan sebuah indikasi kesuksesan mereka.

Peristiwa itu kini telah berusia sewindu, namun masih sangat segar dalam ingatan kami yang menyaksikan langsung bagaimana kedahsyatan peristiwa itu. Terasa baru kemarin, masih tergambar begitu gelasnya rentetan waktu yang seolah berhenti saat itu. menyisakan banyak kesedihan, kesedihan mendalam yang bukan hanya dirasakan oleh masyarakat Aceh saja namun seluruh belahan dunia.

Peristiwa itu kini menjadi kenangan yang sangat berharga bagi kami yang masih bisa menikmati hidup. Perirtiwa yang seolah hanya mimpi buruk tapi ternyata itu adalah kenyataan yang bisa rasakan dan diraba. Runtuhan bangunan, mayat yang bergelimpangan, kelaparan, kedinginan, kegelapan pemandangan yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya. Seutuhnya bayangan neraka, ya seperti neraka yang tidak seorangpun ingin memandang apalagi merasakannya.

Satu windu telah berlalu dan itulah yang telah kami lalui. Kami masih bertahan sejauh ini, menata kembali runtuhan-runtuhan bangunan dan berusaha menata kembali kepingan hati yang mungkin tak bisa utuh seperti sediakala.

[caption id="attachment_216853" align="aligncenter" width="286" caption="Delisa masih menjadi inspirasi untuk semua orang"][/caption]

Inilah sosok gadis kecil Delisa yang kini sudah menduduki kelas satu SMK 5 Telkom Banda Aceh. Terlihat matanya dengan pancaran keteguhan dan kecerdasan khas perempuan Aceh.

Seperti dikisah oleh Tere Liye dalam novelnya gadis itu kini masih hidup dengan satu kaki palsu yang membantunya tetap bisa beraktifitas seperti gadis normal lainnya. Kemarin di acara refleksi delapan tahun tsunami Aceh yang di gelar di Museum Tsunami Aceh, Delisa menjadi icon ketangguhan seorang perempuan Aceh. Delisa Fitri Rahmadani dengan nama panggilan Delisa berdiri dengan bantuan tongkat di tengah panggung. Dia kembali menceritakan bagaimana peristiwa dahsyat itu telah merenggut paksa ibu, saudara dan teman-temannya delapan tahun silam. Dari matanya yang berkaca-kaca pengunjung bisa merasakan apa yang ia rasakan.

Dia bercerita saat itu masih berusia delapan tahun dan duduk di kelas dua MIN (setara dengan sekolah dasar). “Waktu itu kaki saya sudah membusuk. Telapak kaki sudah terkikis dan nampak tulangnya. Selama tiga hari setelah tsunami kaki saya hanya diberi betadine saja. Perihpun sangat luar biasa, melihat kondisi saya yang speerti itu, salah satu relawan mengatakan bahwa ada dokter dari Australia di Rumah Sakit Fakinah. Relawan itu juga bilang kamu harus terima apapun nanti hasilnya, saya pun siap dioperasi pada hari kelima," ujarnya di atas panggung.

Yang berlalu biarkanlah berlalu, ia menjadi kenangan dan pelajaran untuk masa depan mungkin itulahyang ingin disampaikan Delisa dengan bola mata yang bersinar memancarkan cahaya harapan dan keteguhan bagi siapa saja yang memandangnya. Delisa, kamu membuat saya berpikir seandainya saja semua perempuan setangguh kamu pasti tidak akan ada gadis masa kini yang rela melakukan hal yang memalukan kemudian bunuh diri sia-sia. Betapa beratnya perjuanganmu mempertahankan hidup dan menjadi inspirasi bagi siapapun yang masih tenggelam dalam kesedihan dalam peristiwa itu.

Semoga cita-citamu menjadi pemain musik dan pengarang buku tercapai dik. Kau gadis hebat lambang keteguhan, keberanian dan kecerdas perempuan Aceh seperti nenek moyang kita dahulu.

sumber: http://www.facebook.com/photo.php?fbid=510125832342752&set=a.102219173133422.4931.100000360185720&type=1&theater Fauziah Humaira

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun