Mohon tunggu...
Fauziah
Fauziah Mohon Tunggu... Dosen - Serenity

I will be back

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Ayah... Baru Tiga Detik Berlalu

18 Februari 2015   22:31 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:56 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ayah... baru tiga detik berlalu

Masih terasa hangat dalam dekapmu

Kecupan yang tak henti mendarat di pipiku

Kata manja yang buatku melangit di dekatmu

***

Ayah... baru tiga detik berlalu

Masih terasa harmoni detak jantungmu

Kau peluk erat tubuh kecilku

Menyatu dalam hangat nafasmu

***

Ayah... baru tiga detik berlalu

Detik yang tak pernah pudar

Apalagi terhapus oleh waktu

Bahagia seolah tak terstandar

Tuk mewakili arti detik itu

***

Ayah... baru tiga detik berlalu

Dalam tidur dan sadar

Ku dengar bisikmu “Bidadari kecilku”

Cinta dan sayangku selalu segar

Takkan berkurang sampai bila waktu

Fauziah Humaira

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun