Mohon tunggu...
Fauziah
Fauziah Mohon Tunggu... Dosen - Serenity

I will be back

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Arah Baru Pendidikan Indonesia

23 Juli 2018   21:46 Diperbarui: 23 Juli 2018   21:58 479
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Berbicara tentang dunia pendidikan sama halnya berbicara tentang jodoh, tak pernah ada habisnya dan selalu menarik  untuk di bahas. Bener? Apa bener banget? "Aah sudahlah..." Sebagian orang mungkin bisa berkata demikian tapi mau atau tidak akan ada saatnya mereka butuh informasi tentang pendidikan.

Dengan penyebaran informasi  yang begitu cepatnya, banyak orang lebih memilih yang instan. Begitu juga dengan dunia pendidikan, tidak jarang orang lebih memilih sekolah atau perguruan tinggi yang lulusannya langsung bisa bekerja. Paradigma berpikir inilah yang menjadi dasar pemikiran perkembangan kurikulum baru Universitas Negeri Malang (UM). Perubahan paradigma dari job seekers menjadi job creators akan lebih sesuai dengan gen Z yang lebih kreatif dari generasi sebelumnya.

Di era industri informasi, 35% core skills akan hilang pada tahun 2025. Di prediksikan akan munculnya berbagai jenis pekerjaan baru yang belum ada saat ini. Lihat saja banyaknya sampah yang di hasilkan saat ini. Bisa saja di masa depan nantinya sampah tidak lagi cukup hanya dengan di daur ulang, mungkin kita akan butuh seorang desainer yang tugasnya khusus seperti mendaur ulang sampah menjadi furnitur rumah tangga yang bisa dipakai dalam jangka waktu yang lama.

Benturan peradaban akhirnya akan menuntut manusia untuk memiliki kecakapan khusus dalam berkomunikasi dan kerjasama.  Memiliki integritas dan karakter global citizen, dimana komunitas menjadi kekuatan tersendiri dalam menanggapi sebuah isu. Mereka terkoneksi dengan mudah dari berbagai belahan dunia. Kita bisa merasakan bagaimana perubahan tersebut sedang terjadi saat ini.

Globalisasi juga akan menjadi tantangan tersendiri. 14,5 juta tenaga kerja cakap akan bermigrasi antar negara ASEAN (Sumber: WCF, Ananto Kusuma Seto, 2017). Jangan melulu menyalahkan pemerintah dengan masuknya tenaga kerja asing ke Indonesia. Seharusnya sebagai warga yang sadar akan perubahan kita juga siap bersaing dengan mereka para pekerja asing dengan memiliki kapabilitas pada bidang keahlian yang dimiliki.

Jika tidak siap dengan perubahan ini, maka bisa jadi kita akan menjadi penonton tanpa peran apapun. "Perubahan tidak akan datang jika kita menunggu untuk beberapa orang lain atau lain waktu. Kami adalah orang-orang yang sudah menunggu kita. Kami adalah perubahan yang  kita cari." (Barack Obama).

Salam hangat,

Malang, 23 Juli 2018

Fauziah Humaira

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun