Mohon tunggu...
Fauziah
Fauziah Mohon Tunggu... Dosen - Serenity

I will be back

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Nekat Akhiri Hidup Karena Dituduh Jual Diri

6 Oktober 2012   23:56 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:09 2198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ini bukan lagi hal luar biasa di luar Aceh. Tapi suatu fenomena yang sangat heboh ditanah rencong. Seorang remaja putri di Langsa mengakhiri hidupnya dengan gantung diri. Alasannya belum tentu benar, mungkin juga masih praduga-praduga saja. Gadis ini di tuduh menjual diri. Karena tidak sanggup menanggung aib, gadis malang ini merelakan hidupnya berakhir. Hal ini di kaitkan dengan kecerobohan Wilayatul Hisbah (WH) yang bertugas mendisiplinkan kelangsungan Syariah Islam di Aceh. Kepala Biro Pemantau Kontras, Fery Kusuma menilai, hukum yang tertera dalam Perda syariah di Aceh dijalankan secara diskriminatif. "Pada perjalanannya, penerapan hukum syariah justru diskriminatif, karena hanya diperuntukkan bagi warga sipil kelas menengah ke bawah. Kelas atas banyak yang lepas," terang Fery (www.merdeka.com) Ini hanya secuil kisah mungkin. Bagaimana penegakan hukum syariat islam di tegakkan. Yah begitulah hukum di negeri demokratis ini. Demokratis ekonomis karena hukum bisa di poles dengan jabatan dan uang. Atau bisa jadi ini merupakan propaganda yang ingin menyudutkan WH. Sasaran akhirnya membubarkan syariat islam itu sendiri. Wallahu'alam. Sebagai warga biasa tentunya tidak bisa memberikan banyak konstribusi. Hanya berusaha membangkitkan kesadaran kita masing-masing bahwa tanggung jawab syariah bukan berada di pihak WH. Bagaimana kita menciptakan lingkungan mulai dari lingkungan keluarga, masyarakat, dan lingkungan lain yang lebih luas cakupannya menjadi lebih kondusif dan menciptakan iklim syariat islam di dalamnya. Seperti kisah dalam senetron saja. Gadis inipun meninggalkan surat untuk ayah dan adiknya. Atau ini efek media yang tidak terkontrol. Seringnya tontonan sinetron yang menghiasi layarkaca yang dinikmati oleh remaja yang belum bisa menenpatkan sesuatu pada tempatnya. Media tanpa filterisasi yang baik, kesadaran orang tua dalam mengontrol anak-anaknya perlu di pertanyakan. Sungguh kasihan, Putri yang malang. Semoga tidak akan muncul lagi Putri-Putri yang lain. Fauziah Humaira

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun