Siapa sangka seorang pengamen bisa menjadi penyair sufistik. Dekat dengan alam, bercerita tentang besarnya keagungan Tuhan membuatnya menemukan harmoni kehidupan. Hidup bebas dijalanan penuh tekanan sangat besar godaan untuk mencopet atau bahkan merampok hanya untuk mempertahankan hidup. Tapi dia telah berhasil menjadi diri sendiri menikmati ceritatentang alam dan Tuhannya untuk dijadikan syair yang dinyanyikan dengan bersama gitarke sayangannya.
Mungkin suatu saat dia akan menjadi manusia legendaris dengan segala pencapaian yang diraihnya. Dia telah berhasil menjadi dirinya sendiri, Inilah prestasi sebenarnya. Siapa yang tidak kenal Ebiet G. Ade dengan lagunya “berita kepada kawan” yang sangat fenomenal itu. Satu bait lagu yang bahkan dihafal oleh semua orang “coba kita bertanya pada rumput yang bergoyang”.
Prestasi sangat erat hubungannya dengan cita-cita, mungkin hal itu sekarang yang terpikirkan oleh pikiran sempit ini. Aku menilai diriku sendiri berprestasi ketika bisa meraih apa yang telah di cita-citakan sebelumnya. Jika prestai bagi orang lain berupa suatu hal yang berpengaruh sangat besar terhadap suatu hal maka tidak bagiku.
Prestasiku hari ini adalah bisa menuliskan apa yang ada dipikiran. Tidak penting bukan? Penting atau tidak penting suatu hal itu tergantung dari kacamata siapa kita memandangnya. Aku memakai kacamata buram sedangkan kamu memakai kacamata yang sangat bersih dan mengkilap, apakah hasil penglihatannya sama? Tentu berbeda kawan.
Untuk apa prestasi setinggi langit jika itu bukan keinginan diri sendiri. Menjadi seorang entertain yang sangat terkenal dengan kekayaan yang berlimpah, dari satu sisi ini merupakan prestasi yang gemilang dikalangan artis. Tapi pada kenyataannya dia sama sekali tidak menikmati apa yang dimilikinya, sebaliknya dia merasa sepertiberada dalam tekanan yang sangat berat.
Sebenarnya keinginan itu sangat sederhana yaitu hidup dialam bebas dan menikmati embun pagi dipuncak gunung. Bagaimana dikatakan berprestasi bila hasilnya belum bisa benar-benar dinikmati. Prestasi yang paling besar itu adalah menjadi diri sendiri. Berapa banyak orang berprestasi tapi mengakhiri hidup dengan bunuh diri, mengapa demikian? Jawabannya hanya satu mereka telah gagal menjadi diri sendiri.
Mereka berprestasi karena bisa menjadi diri sendiri. Lalu bagaimanadengan kita? sudahkah kita menjadi diri sendiri atau masih bersembunyi dibalik orang lain hanya untuk mengejar prestasi? Ayoo jadi sendiri, prestasi telah menanti. Hanya butuh waktu untuk mengasah potensi diri. Menjadi diri sendiri mulai hari ini dan di masa depan nati.
____________
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H