Mohon tunggu...
fauziah
fauziah Mohon Tunggu... Lainnya - penulis segala hal
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

teruslah menulis, agar menjadi sejarah di kemudian hari

Selanjutnya

Tutup

Healthy

HIV AIDS Merajalela, Istri dan Anak Terkena Imbasnya

12 Desember 2022   11:34 Diperbarui: 12 Desember 2022   12:14 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sungguh sangat mengejutkan, angka HIV  pada anak di Indonesia mencapai angka 12.553 . Anak umur dibawah 4 tahun mendominasi, sampai mencapai 4.764 anak. (Kompas.com).  Melihat data tersebut tentu kita bisa menyimpulkan bahwa kemungkinan besar anak-anak tersebut tertular dari orang tua nya .

Telah kita pahami bersama bahwa HIV ini penularan dominan adalah melalui hubungan seksual. Maka bila seorang ayah yang terbiasa melakukan seks bebas, sangat beresiko tertular HIV, dan bila istrinya hamil, maka anak yang dikandung membawa virus tersebut.

Anak yang tak berdosa harus turut menanggung derita, akibat perbuatan ayah yang menyalahi ketentuan Allah SWT.  Pertanyaannya mengapa  seks bebas ini tak pernah usai, bahkan sekarang merambah pada seks sesama jenis juga ?

Mari kita urai permasalahan ini.  Allah menciptakan manusia dengan seperangkat nalurinya, termasuk naluri seksual. Namun, Allah tidaklah membiarkan manusia, memenuhi naluri seksualnya dengan semau manusia. Allah menurunkan aturan untuk pemenuhan naluri ini. Yaitu melalui pernikahan.

Sayangnya ketika aturan Allah perlahan tapi pasti tergerus dalam sistem kapitalisme sekuler saat ini, maka kaum muslimin menjadi terbiasa menyalahi syariat Allah. Pacaran mencadi hal yang biasa, laki-laki dan perempuan bukan mahram berkhalwat juga dianggap tidak masalah, dan bahkan masuknya kaum LGBT.

Sistem Kapitalisme sekuler dengan kaidah dasarnya memisahkan agama dari kehidupan, akhirnya memunculkan 4 kebebasan, yaitu kebebasan bertingkah laku, berpendapat, beragama dan berekonomi.  Nah meningkatnya HIV terutama pada anak, tidak lain adalah buah dari kebebasan bertingkah laku ini.

Sistem kehidupan yang melingkupi kita menjadikan masyarakat yang ada di dalamnya juga terpola dengan kebebasan ini. Lantas sampai kapan kita terus membiarkan terus menyebarnya virus HIV ini ?  Bila kita temui upaya  pencegahannya  tidak menyentuh akar masalahnya.

Tayangan TV, Media Sosial dengan berbagai kanal terus menjadi pemicu bangkitnya naluri seksual. Apakah itu tidak bisa diatur oleh pemerintah ? Seharusnya bisa dan sangat bisa. Tapi mengapa tidak dilakukan? Jawabnya karena sistem kapitalisme sekuler tidak mengurus rakyat diranah itu. Untuk pencarian kesenangan hidup, rakyat dibiarkan berbuat sekehendaknya, negara tidak punya hak untuk mengatur.

Semoga menjadi tergambar oleh kita semua, bahwa masalah meningkatnya HIV pada anak tidak lain karena masalah sistemik.  Sistem kehidupan yang berlaku saat ini , sudah sangat banyak menimbulkan kerusakan.  Sampai kapan kita terus membiarkannya ?  Bagaimana nasib generasi kita yang akan datang bila rantai penyebaran HIV ini tidak segera diputuskan.

Harus ada tindakan  kongkrit dari kita semua, dalam bentuk membangun kesadaran bersama untuk kembali pada sistem yang Allah dan RasulNya berkahi.  Islam telah membangun peradaban yang mulia, kokoh dan yang pasti berkeinginan mengajak rakyatnya untuk mendapatkan surgaNya Allah.  Islam telah melahirkan banyak generasi cemerlang seperti Imam Syafi'I  dan Imam mazhab lainny, Para Ilmuan muslim  dengan berbagai ilmu juga sangat banyak,  Semua lahir dari rahim Islam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun