Mohon tunggu...
Fauzi Afrian
Fauzi Afrian Mohon Tunggu... Lainnya - shadow teacher

musik

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Nikmatnya Dekat dengan Allah

8 April 2018   22:55 Diperbarui: 8 April 2018   23:21 1003
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di sebuah gua di gunung lebanon, aku bertemu dengan seseorang pria yang rambut kepala dan jenggotnya telah memutih, berdebu dan kurus sedang menunaikan shalat. Akupun mengucap salam kepadanya. Selesai shalat dia menjawab salamku dan segera menunaikan sholatnya lagi. Ia terus mengerjakan shalat hingga tiba waktu shalat ashar.

Selesai shalat ashar, dia bersandar pada sebuah batu dan bertasbih serta tidak mengajakku bicara. Maka aku berkata kepadanya,

"duhai anakku, barang siapa telah dijadikan nyaman berdekatan dengan Allah, maka Allah akan memberikannya empat hal, yaitu kemuliaan tanpa keluarga, ilmu tanpa mencari, kekayaan tanpa harta, dan kenyamanan tanpa pengikut."

Setelah mengucapkan kalimat tersebut ia jatuh pingsan dan baru sadar setelah tiga hari. Setelah siuman, ia segera bangkit berwudhu dan bertanya kepadaku berapa hari shalat yang ia lewatkan. Maka aku pun memberitahukannya bahwa ia telah pingsan selama tiga hari.

Ia pun berkata, "mengingat kekasih membangkitkan kerinduanku, dan mencintainya mengacaukan pikiranku.

Sungguh aku tak lagi merasa nyaman bertemu dengan makhluk, karena aku telah  nyaman bersama tuhan alam semesta. Tolong tinggalkan aku. Semoga keselamatan menyertaimu."

"semoga Allah merahmatimu. Selama tiga hari aku menunggumu berharap agar engkau memberikan agar engkau memberikan tambahan doa dan nasihat untukku, dan selama itu pula aku menangis," ucapku

"cantailah Tuhanmu dan jangan pernah mencari cinta selainNya, karena sesungguhnya para pecinta Allah, merekalah mahkota para hamba dan simbol para zahid.Merekalah orang orang pilihan Allah, kekasih Allah, hamba-hamba Allah dan para wali Allah," jawabnya.

Setelah mengucapkan kalimat itu ia berteriak keras dan seiring dengan itu nyawanya melayang. Tak lama kemudian sejumlah ahli ibadah turun dari puncak gunung dan mengurus jenazahnya serta memakamkannya. Akupun bertanya kepada mereka, "siapakah orang tua ini?"

Mereka menjawab, "ia adalah Syaiban Al-Mushob. Semoga Allah merahmatinya."

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun