Mohon tunggu...
fauziatul ula
fauziatul ula Mohon Tunggu... -

mahasiswa semester 6 di UIN Malang jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

Selanjutnya

Tutup

Edukasi Pilihan

"Jangan Anggap Aku Sama dengan Bangunan-bangunan Rumah"

28 Maret 2014   02:28 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:22 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beauty. Sumber ilustrasi: Unsplash

Mungkin masih ada masyarakat yang sampai saat ini masih belum bisa memahami dan melaksanakan anjuran pemerintah tentang program KB yang sering di promosikan dengan selogan "Dua Anak Cukup" itu, apalagi sebagian mereka beranggapan bahwa "Banyak anak, banyak rezeki". Akan tetapi tidak banyak juga dari para orang tua yang menyadari bahwa mendidik anak mulai ia berada dalam kandungan sampai ia dewasa merupakan sesuatu yang tidak mudah. Hal ini cukup terbukti dengan banyaknya kasus pemberitaan tentang anak, baik itu kenakalan remaja, perdagangan anak, maupun fakta yang terjadi di jalan-jalan raya yaitu semakin maraknya pengamen, pengemis yang melibatkan anak-anak.

Padahal pada masa kehidupan pertama (yaitu dalam rentang usia 1-4 tahun) anak-anak mempunyai masa perkembangan yang meliputi masa perkembangan setelah tahun pertama, perkembangan fisik dan psikomotorik, perkembangan kepribadian, dan perkembangan sosial. Dan tidak semua orang tua menyadari adanya hal tersebut. Tentunya tidak hanya para pendidik yang harus mengerti tentang perkembangan anak, akan tetapi para orang tua juga harus memahaminya karena pendidikan yang paling utama terjadi didalam keluarga.

Orang tua juga diharapkan mampu memahami tentang kebebasan anak. Mungkin rumah boleh dibatasi dengan pagar-pagar yang menjulang tinggi, tapi kebebasan, pengalaman, dan imajinasi anak harus diberi kesempatan untuk berkembang. Psikolog anak dan remaja Verauli, M.Psi mengatakan bahwa kita tidak ada yang tau pengalaman apa yang akan dilewati anak gara-gara tidak bermain karena anak itu play to learn sekaligus learn to play.

Banyak orang tua yang tidak mengizinkan anak-anak bermain diluar ruangan, padahal bermain diluar ruangan merupakan hal yang dapat memenuhi kebutuhan bagi perkembangan anak. Baik perkembangan sosial, maupun fisik motoriknya karena dapat melatih otot dan kemampuan motoriknya juga dengan kegiatan berlari, memanjat, merayap, atau bergelantungan. Anak juga dapat belajar berinteraksi dengan orang lain, karena bermain diluar ruangan tentunya ia memiliki teman.

Oleh sebab itu, anak-anak tidak hanya membutuhkan selembaran uang untuk membeli kebutuhan mereka tetapi anak juga membutuhkan pemahaman tentang bagaimana mereka di rawat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun