Ingat kata pepatah janji adalah hutang, pepatah ini sering kita dengar namun mungkin para capres/cawapres tidak mau memakai pepatah ini untuk dirinya sendiri saat kampanye. Bulan depan kita akan menghadapi Pemilihan Umum Presiden & wakilnya, sudah tak asing lagi seperti biasanya kampanye-kampanye calon presiden kita menjual janji-janji manis di media cetak & elektronik. Dan seperti biasanya walaupun kita rakyat yg katanya sudah mulai bijak dalam memilih tetap saja akan terjebak oleh rayuan mereka.
Sebelumnya saya minta maaf, saya tidak mau dibilang “RASIS” tetapi inilah yg sudah terjadi di negara kita selama ini. Presiden terpilih kita yg terdahulu semua berdarah suku jawa karena seperti yg kita ketahui bahwa penduduk keturunan suku jawa adalah yang paling banyak di Indonesia. Walaupun sebagian warga keturunan jawa tidak tinggal di pulau jawa.
Memang kita tak boleh membawa-bawa suku dalam pemilihan capres/cawapres karena takut nantinya ada perpecahan wilayah. Tetapi sudah sejak dulu suku berdarah jawa-lah yg memimpin negara ini, suku selain suku jawa kemungkinan untuk menjadi presiden terpilih sangat kecil itupun hanya lewat jalur wakil presiden yg menggantikan jabatan presiden. Bukan karena suku yg satu lebih baik dari suku yg lainnya tapi karena jumlah penduduk berdarah jawa lebih banyak. Jadi bisa dipastikan untuk presiden selanjutnya dan seterusnya berasal dari suku jawa, bahkan jika 50% warga keturunan jawa GOLPUT warga non-jawa tetap masih kalah jumlah suara.
Oleh karena itu jika anda yg sedang membaca artikel ini berdarah jawa, saya akan katakan “Nasib Indonesia ini ada di tangan anda”. Maaf sekali lagi anda jangan salah faham… maksud saya adalah pilihan warga keturunan jawa dalam memilih calon presiden sangat menentukan nasib negara ini kedepannya.
Jika presiden terpilih nanti berhasil merubah negara ini menjadi lebih baik berarti tidak ada yg perlu dipermasalahkan, namun jika presiden yg terpilih nanti sama saja dengan pendahulunya yg gagal merubah indonesia setelah 5 tahun menjabat berarti cara pandang kita dalam memilih sosok presiden selama ini harus di ubah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H