[caption caption="Narasumber, penyelenggara dan peserta Sosialisasi Tata Kelola Destinasi Pariwisata Tanjung Lesung berfoto usai sosialisasi di Tanjung Lesung, Kamis 21 April 2016."]
[/caption]
PARIWISATA di Pandeglang, Provinsi Banten, sejauh ini 'masih' menjadi bahan jualan politik yang secara tegas dimunculkan dalam setiap visi dan misi para kepala daerah saat memimpin Kabupaten Pandeglang, khsusnya.
Misalnya Visi Kabupaten Pandeglang periode 2011-2015 ketika dipimpin Erwan Kurtubi dan Heryani yang menyebutkan. “Terwujudnya Kabupaten Pandeglang sebagai daerah mandiri dan berkembang di bidang agribisnis dan pariwisata berbasis pembangunan perdesaan”
Visi khusus pariwisata itu dijelaskan bahwa Kabupaten Pandeglang sebagai Pusat Kegiatan Pariwisata dapat diartikan bahwa "Kabupaten Pandeglang akan menjadikan pariwisata sebagai sektor pendukung bagi peningkatan perekonomian daerah. Untuk mewujudkan cita visi tersebut, Pemerintah dan seluruh stakeholder akan mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya alam dan budaya sebagai destinasi pariwisata, melalui pengembangan obyek dan daya tarik wisata, promosi dan pemasaran, jasa pelayanan pariwisata didukung oleh infrastruktur yang diperlukan jaminan regulasi kepariwisataan yang diorientasikan kepada peningkatan kunjungan wisata dan kesejahteraan masyarakat" nyatanya belum sesuai harapan.
Kemudian pada saat ini Kabupaten Pandeglang dipimpin Irna Narulita dan Tanto W Arban sebagai bupati dan wakil bupati periode 2016-2021. Visi yang digemborkan juga adalah menyinggung soal pariwisata sebagai industri yang menjadi jalan menyejahterakan rakyatnya. Berikut Visi Irna dan Tanto: "Pandeglang Berkah: Transformasi harmoni agro bisnis, maritim bisnis dan wisata bisnis berbasis rumah tangga sehat keluarga sejahtera"
Apakah visi Irna dan Tanto itu juga bisa dilaksanakan? kita wajib melihat dan mengingatkannya secara bersama-sama. Kemudian apa sudah bisa disimpulkan sebagai pemimpin yang pro atau tidak pro-pariwisata, itu juga belum bisa. Mengapa, karena hingga 23 April ini tepat sebulan memimpin Pandeglang setelah dilantik Gubernur Banten Rano Karno pada 23 Mei 2016 lalu.
Saya teringat dengan yang disampaikan Prof Dr Yuwana Marjuka pada saat jadi pembicara "Sosialisasi Tata Kelola Destinasi Pariwisata Tanung Lesung" di Tanjung Lesung, Pandeglang pada Kamis 21 April 2016 kemarin, yang dilanjutkan esok harinya di Hotel Ratu Bidakara, Kota Serang, dalam "Stakeholder Meeting, Dalam Rangka Identifikasi Isu Strategis Pengembangan Tata Kelola Destinasi Pariwisata Tanjung Lesung"
Menurut Prof Dr Yuwana, "Di sejumlah daerah banyak yang hanya Euforia Pariwisata. Menjadikan pariwisata sebagai sektor unggulan termasuk menjadi andalan sumber PAD (pendapatan asli daerah ), tetapi tidak ada satu pun objek wisata yang dikelola secara fokus".
Euforia pariwisata ini adalah istilah baru yang saya dengar dan pada kondisi riilnya akrab bagi masyarakat. Visi misi para kepala daerah menunjuk pariwisata sebagai andalan, tetapi pada faktanya memang belum ada yang fokus digarap sehingga mendatangkan kunjungan wisata hingga signifikan.
Potensi Wisata Pandeglang
Pandeglang yang memiliki luas wilayah 2.747 km² memiliki potensi wisata alam yang cukup menakjubkan dan menjadi atraksi atau daya tarik para pengunjung baik lokal maupun turis mancanegara. Objek wisata pantai dari Carita hingga Tanjung Lesung cukup menjanjikan. Kepala Disparpora Pandeglang Cecep Juanda, pernah mengatakan bahwa di Pandeglang ini terdapat 33 pulau yang dapan menjadi destinasi pariwisata. Pulau-pulau yang terkenal seperti Peucang, Handeuleum, Badul, dan Panaitan, sudah dapat dijual baik untuk lokal maupun turis mancanegara.