Mohon tunggu...
Fauzan Nur Ramdani
Fauzan Nur Ramdani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Cuman manusia yang suka jalan-jalan

Selanjutnya

Tutup

Bandung

Kota Bandung dan Sisi Gelapnya Kesenjangan Sosial dan Angka Kemiskinan Dampak Pandemi

27 Oktober 2022   16:09 Diperbarui: 27 Oktober 2022   16:14 1624
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar: extreme graphics on pinterest

Bandung - Siapa yang tidak tahu tentang kota Bandung, kota yang diberi julukan sebagai kota kembang ini memiliki segudang prestasi. Apalagi saat ini kota Bandung sudah menjadi ikon pariwisata di Indonesia dengan kekayaan alam, kuliner, fesyen, seni, dan industri kreatif lainnya.

Tapi tidak bisa dipungkiri kota Bandung dengan segudang prestasinya itu mempunyai sisi lainnya. Salah satunya tentang kesenjangan sosial yang masih melonjak. Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), sensus penduduk Kota Bandung terdata sebanyak 2.444.160 jiwa. Apalagi bertambahnya jumlah angka penduduk miskin dalam beberapa tahun kerakhir karena adanya pandemi COVID-19 yang berkepanjangan menjadi satu dari banyaknya alasan terjadinya lonjakan angka kemiskinan di Kota Bandung.

Jumlah warga yang masih dibawah garis kemiskinan bertambah sebanyak 12.480 jiwa yang terdata sejak tahun 2020 hingga 2021. Menurut publikasi BPS pada Februari 2022, warga miskin terhitung sebanyak 100.020 jiwa di awal tahun 2020. Kemudian, data tersebut bertambah dengan memasukan total 112.500 jiwa miskin di Kota Bandung untuk periode tahun 2021.

Seperti yang sudah tadi disebutkan, pandemi menjadi salah satu alasan melonjaknya penduduk miskin, saya terjun langsung kelapangan melakukan wawancara dengan salah satu warga kota Bandung mengenai dampak pandemi yang masih membekas sampai saat ini.

" Kan amang jualan baso cuangki keliling, pas pandemi kemarin amang terpaksa tidak jualan, soalnya amang dilarang keliling sama pak Rt, gerbang-gerbang gang jalan juga pada diportal." ujarnya.

"Jadi selama pandemi kemarin hampir 8 bulan amang ga jualan, terus terpaksa amang pulang ke rumah mertua di kampung, di daerah garut, selama disana amang cuman berkebun sama ngojek aja." umgkapnya.

Dari hasil wawancara tadi saya simpulkan bahwa, pandemi menjadi masalah besar bagi masyarakat kalangan bawah. Tapi bukan berarti masyarakat kalangan atas tidak terkena dampaknya. Namun yang membedakannya masyarakat kalangan atas masih bisa bertahan sedangkan kalangan menengah kebawah harus mati-matian mencari cara untuk bertahan karena dampak pandemi yang sangat besar.

Meskipun saat ini masa kritis pandemi COVID-19 sudah berlalu, tapi masih meninggalkan dampak yang besar bagi masyarakat terutama masyarakat kalangan bawah. Belum lagi kemarin Bapak Presiden Jokowi mengatakan akan adanya krisis ekonomi pada tahun 2023.

Jika pemerintah kota Bandung tidak ingin terjadi kenaikan angka yang sangat besar pada saat nanti tahun 2023, maka pemerintah harus memikirkan solusi terbaik bagi warga kota Bandung.

Dan untuk kita masyarakat di daerah manapun, harus sedia payung sebelum hujan. Dengan memikirkan cara bertahan dengan berbagai alternatif lainnya agar nanti tahun 2023 setidaknya kita masih bisa bertahan untuk kebutuhan pangan sehari-hari. Semoga tidak ada kabar buruk masyarakat kalangan menengah kebawah mati kelaparan atau tidak bisa bertahan saat krsis ekonomi terjadi.


Kota Bandung

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bandung Selengkapnya
Lihat Bandung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun