Mohon tunggu...
Fauzan Ramadhan (Fram Han)
Fauzan Ramadhan (Fram Han) Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Buku, Content Writer, dan Blogger

I am a book author, content writer, and storyteller. I help you expand your knowledge about Socio-Culture, Life and Personal Development.

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat: Lebih Pantas Disebut Buku Filsafat daripada Buku Self Improvement

16 Mei 2024   11:47 Diperbarui: 16 Mei 2024   11:54 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cover buku Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat (sumber: Gramedia.com)

Pernah membaca buku "The Subtle Art of Not Giving A F**k"? Buku yang populer di Indonesia dengan judul Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat ini banyak diminati oleh pembaca. Buku ini kerap masuk ke daftar rak penjualan terlaris di gerai Gramedia.

Banyak orang mengatakan buku ini 'berani untuk berkata apa adanya' tanpa memedulikan pendekatan manis yang biasanya didapat dalam banyak buku pengembangan diri. Hal ini dikarenakan Mark, dalam tulisannya, menggunakan pendekatan lugas, interaktif, serta sederhana dalam mengemas kata.

Mark menyajikan serangkaian argumentasi unpopular dan terkadang berlawanan dengan motivasi-motivasi yang beredar di masyarakat. Alih-alih meminta pembacanya tidak patah semangat dan terus mencoba, Mark justru menyarankan agar pembacanya untuk menyerah terhadap ambisi yang selalu dikejar.

Gagasan Mark rasanya membuat sebagian orang merasa kesal karena mengedepankan pemikiran negatif dibanding berusaha untuk selalu positif. Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat mengajarkan untuk bersikap apa adanya. Bila kamu merasa dirimu bodoh, maka akui saja kamu memang bodoh. Bila kamu merasa sebagai orang yang pemalas, akui saja kamu memang pemalas. Mark mencoba untuk memberikan pesan penerimaan. Kesadaran diri.

Hal yang mungkin jarang disadari oleh pembaca buku ini adalah bahwa Mark beberapa kali mengajak pembacanya untuk berfilsafat. Seperti yang dikatakan Graham Priest,

"We all need to be challenged out of our mistakes, stupidities, complacencies---especially when it is our own intellectual blinkers that prevent us from seeing them as such. This is the preeminent role of philosophy"

Mark membawa gagasan Priest kepada pembacanya untuk menyelami kekeliruan-kekeliruan yang dialami sepanjang hidup kita. Bukan untuk menghindarinya, atau menjauhi kebodohan-kebodohan. Mark seringkali bertanya mempertanyakan diri dalam buku ini.

"Mengapa saya merasa marah?"
"Mengapa saya menganggap sesuatu sebagai kesuksesan dan kegagalan?"
"Bagaimana saya mengukur diri saya?"

Meskipun filsafat tidak selalu lahir dari pertanyaan, tetapi pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan Mark mengantarkan pembacanya pada cabang epistimologis, dan aksiologis. Mark mengajak pembacanya mempertanyakan bagaimana sesuatu itu muncul, bagaimana kita mengetahui, dan bagaimana kita membedakan dengan lainnya. Lebih lanjut, Mark kemudian mengajak untuk merenungkan apa makna kesuksesan itu, apa makna kegagalan, apa makna keahlian tertentu. Bagaimana hubungan pengetahuan dan moral etika.

Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat memang tidak secara gamblang menerangkan filsafat, tetapi buku tersebut memiliki nilai-nilai dan tujuan filsafat yang secara cerdik disamarkan dalam negativitas, apokaliptik, dan tanpa kata-kata yang disaring.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun