Mohon tunggu...
Fauzan Rafif
Fauzan Rafif Mohon Tunggu... Auditor - Bercerita

Senang bercerita. Mencoba menuangkan cerita tersebut dalam bentuk tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Seksinya Data Terpadu Kesejahteraan Sosial

22 Maret 2022   13:01 Diperbarui: 22 Maret 2022   15:29 877
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
diperoleh dari: https://dtks.kemensos.go.id/uploads/topics/16461103484718.png

Disingkat dengan DTKS, sesuai dengan namanya data ini digunakan untuk segala macam kegiatan yang terkait dengan kesejahteraan sosial. DTKS dikelola oleh Kementerian Sosial, berkolaborasi dengan berbagai macam stakeholder terutama Pemerintah Daerah, membuatnya semakin seksi dan liar. Konsekuensi dari data yang digunakan sangat terpengaruh oleh siapa dan untuk apa digunakan.

Pentingnya DTKS ini, mengingatkan kembali bahwa tidak ada yang lebih baik untuk diterapkan selain keakuratan dan keabsahan data, pemutakhiran data secara berkala, dan melihat substansi dari data yang diberikan. Ketika sumber data yang ada tidak diberikan perhatian secara khusus, malapetaka pun tiba.

Fokus dari pengguna data adalah bagaimana data tersebut dapat digunakan secara tepat guna dan menggunakan sumber daya seminimal mungkin. Penyedia data, berfokus kepada kebenaran data dan sebisa mungkin menggambarkan kondisi yang benar terjadi di lapangan. Pengguna dan penyedia data dihubungkan dengan sebuah jembatan, yakni ketersinambungan antara bagaimana data diperoleh dan bagaimana akhir data tersebut digunakan.  Sehingga data bukan sekadar kumpulan huruf dan angka, pengambilan keputusan yang ada di baliknya menjadikan data tak ternilai harganya.

Poin penting lainnya yang tidak boleh terlewatkan adalah kolaborasi antar tim. Bagaimana untuk memaksimalkan nilai suatu data, tentu perlu masukan dan gubahan agar data tersebut semakin bermanfaat bagi masing-masing pengguna. Kolaborasi juga tidak terbatas oleh tugas pokok yang diberikan. Bagaimana masing-masing anggota tim bekerja saling melengkapi, menggantikan pihak lain yang sedang perlu bantuan, memastikan setiap anggota tidak memiliki tugas yang berlebih, akan menjadikan nilai kegiatan tersebut mencapai pada titik manfaat maksimal. Jika pengolahan data sudah menggunakan skema ini, jangan khawatir karena segala sesuatunya akan berjalan secara pas dan tanpa perlu melihat apakah ini itu sudah sesuai prosedur atau tidak.

Sistem yang baik akan terbentuk dengan kontribusi semua pihak. Tugas ini bukan hanya dimiliki oleh pemimpin dari sebuah institusi. Bukan juga tugas seseorang pemilik data. Bukan juga tugas dari pejabat yang saat ini sedang ditunjuk untuk mengorkestrasi keberlanjutan institusi tersebut. Tapi oleh masing-masing orang yang senang berbagi ide, berbagi pengalaman, berbagi pengetahuan, untuk mencapai tujuan bersama.

Narasi untuk memenuhi kebutuhan pribadi adalah cerita lama. Menjadi kaya dengan cara-cara licik, mencari celah dari aturan-aturan yang ada, tidak lain dan tidak bukan hanya menambah keserakahan dan menjadikan diri tidak pernah merasa cukup adanya. Seketika ia menyadari bahwa berkolaborasi dan menjadikan data sebagai dasar melaksanakan suatu kegiatan, nilai kepuasan yang terbentuk jauh lebih tinggi tentunya. Kekayaan hanya menyediakan kemudahan opsi untuk membeli barang-barang yang diinginkan (bahkan kebutuhan, seharusnya), tetapi kesejahteraan menjadikan nilai kekayaan itu tidak berarti dan memberikan pencapaian tertinggi tentang apa arti dari kata 'cukup'.  Karena itu, jika tidak bergerak dengan cara pandang yang sama, jangan harap kolaborasi dan orkestrasi pencapaian tujuan bersama dapat dicapai.

Data, perlu melibatkan semua pihak. Dan data, diperoleh dari seluruh pihak. Sehingga tepat dikatakan jika, segala sesuatu yang bersumber dari kita, dan oleh kita, kembali lagi dipergunakan untuk kita. Semoga kalian jangan bosan untuk diajak bekerja sama dan jangan pernah coba melakukannya semua sendiri. Kita ada di sini untuk membantu, menggapai apa yang ingin dituju. Semangat!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun