Mohon tunggu...
fauzan nurahman
fauzan nurahman Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

mahasiswa jurusan ilmu komunikasi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pancasila Sebagai Penyaring Budaya Asing Yang Berdampak Negatif

1 Januari 2025   16:04 Diperbarui: 1 Januari 2025   16:04 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Globalisasi membawa perubahan besar pada seluruh budaya yang ada di seluruh dunia. Globalisasi ibarat pedang bermata dua, dimana di satu sisi dapat mengembangkan dan memperkenalkan budaya kepada dunia yang dapat menjadikannya bagian dari keberagaman global. Namun, di sisi yang lain dapat memudarkan dan menghilangkan budaya lokal dalam homogenitas budaya global.

Apakah budaya lokal dapat bertahan di tengah derasnya pengaruh globalisasi atau justru akan memudar dan hilang dalam homogenitas budaya global? Jawaban dari pertanyaan ini terletak pada kesadaran Masyarakat dan pemerintah untuk melestarikan nilai-nilai luhur yang selaras dengan pancasila. Pancasila memberikan landasan yang kokoh bagi budaya lokal untuk bertahan di tengah arus globalisasi. Dengan menjunjung nilai-nilai yang ada dalam Pancasila budaya lokal dapat dilestarikan tanpa menutup diri dari perubahan global.

Peran Pancasila Sebagai Penyaring Budaya Asing yang Negatif

Dalam dunia yang semakin canggih ini budaya asing dapat dengan mudah masuk ke berbagai aspek kehidupan. Tidak semua budaya yg masuk berdampak positif, tetapi juga ada yang berdampak negatif. Disinilah peran Pancasila sebagai filter budaya yang berdampak negatif. Pancasila sebagai dasar negara Indonesia tidak hanya berfungsi sebagai pedoman hidup berbangsa dan bernegara, tetapi juga sebagai filter untuk menyaring budaya asing yang tidak sesuai dengan nilai-nilai luhur bangsa. implementasi nilai-nilai Pancasila dalam menyaring dampak negatif budaya asing. Berikut adalah implementasi nilai-nilai Pancasila dalam menyaring budaya asing yang berdampak negatif:

  • Ketuhanan yang Maha Esa

Sila pertama Pancasila menekankan pentingnya keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai landasan atau dasar dari moral dan spiritual masyarakat Indonesia. Sila ini mengajarkan kita untuk memilah dan menolak segala bentuk segala bentuk nilai, pandangan, atau perilaku  yang bertentangan dengan ajaran agama, moral, dan etika. Contoh budaya negatifnya ada hedonisme, yaitu pandangan hidup yang menganggap kesenangan dan kepuasan sebagai tujuan utama dalam hidup. Hal tersebut bertentangan dengan prinsip pengendalian diri, kesederhanaan, dan rasa syukur yang diajarkan agama, sehingga tidak sejalan dengan nilai-nilai ketuhanan dalam sila pertama.

  • Kemanusiaan yang adil dan beradab

Sila ini menekankan pentingnya memperlakukan semua orang dengan adil dan beradab, serta menghargai hak asasi manusia (HAM). Budaya yang bisa memperburuk hubungan antarmanusia, seperti diskriminasi atau kekerasan terhadap kelompok tertentu, harus dihindari karena dapat menghancurkan keharmonisan sosial dan mengancam nilai-nilai kemanusiaan yang kita junjung tinggi. Contohnya rasisme, yaitu sikap permusuhan atau penghinaan terhadap seseorang atau kelompok tertentu berdasarkan ras, warna kulit, asal usul, atau etnis. Hal tersebut bertentangan dengan sila kedua Pancasila karena rasisme melanggar nilai kemanusiaan dan keadaban, yang dimana kita sebagai masyarakat seharusnya mempercayai adanya kesetaraan bahwa setiap manusia memiliki hak dan kewajiban yang sama.

  • Persatuan Indonesia 

Sila ini Sila Ketiga Pancasila berbicara tentang pentingnya menjaga persatuan dan kesatuan dalam keberagaman yang ada di Indonesia. Keberagaman ini mencakup berbagai perbedaan suku, agama, ras, dan budaya yang ada di seluruh Indonesia. Budaya yang dapat menimbulkan perpecahan serta mengabaikan nilai-nilai keberagaman dan kebersamaan harus diberantas. Contohnya ada budaya Hikikomori, yaitu mengisolasi diri dari lingkungan sosial dan menutup diri dari interaksi dengan orang lain, serta menghindari kehidupan publik. ikikomori bisa menghambat terwujudnya persatuan dan kesatuan bangsa, karena individu yang terisolasi cenderung menghindari interaksi sosial yang penting untuk menjaga hubungan antarwarga negara. Namun, penting untuk dicatat bahwa hikikomori adalah fenomena yang lebih kompleks dan sering kali terkait dengan masalah kesehatan mental, seperti kecemasan atau depresi, yang perlu dipahami secara lebih mendalam. Meskipun demikian, dari perspektif Sila Ketiga, isolasi sosial yang berlebihan dapat menghalangi terciptanya keharmonisan sosial dan persatuan yang menjadi tujuan utama dalam kehidupan bermasyarakat.

  • Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan

Sila ini menekankan pentingnya musyawarah dan mufakat sebagai prinsip dasar dalam pengambilan keputusan di Indonesia. Dalam konteks ini, setiap keputusan yang diambil harus melibatkan proses diskusi bersama yang melibatkan berbagai pihak untuk mencapai kesepakatan yang terbaik bagi kepentingan bersama. Budaya asing yang mendorong keputusan sepihak atau otoritarianisme yang dapat merugikan kelompok tertentu dan menciptakan ketidakadilan harus disaring agar tetap sesuai dengan prinsip demokrasi.

  • Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Sila ini menekankan tentang pentingnya keadilan dan pemerataan kesejahteraan sosial dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sila ini mengajarkan bahwa setiap warga negara memiliki hak yang sama untuk menikmati hasil pembangunan dan kesejahteraan tanpa adanya diskriminasi berdasarkan status sosial, ekonomi, suku, agama, atau golongan tertentu. Oleh karena itu, budaya asing seperti kapitalisme ekstrem yang hanya mengutamakan keuntungan individu atau kelompok tertentu dan sistem ekonomi kapitalis yang menciptakan kesenjangan sosial harus disaring atau dihilangkan.

Nilai-nilai yang ada dalam Pancasila menjadi pedoman untuk menjaga identitas bangsa serta membentengi masyarakat dari budaya asing yang membawa dampak negatif. Melalui Pancasila, budaya asing yang masuk dapat dikontrol agar sesuai dengan nilai-nilai luhur bangsa. Dengan demikian, Pancasila tidak hanya menjadi landasan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, tetapi juga sebagai alat untuk menjaga kedaulatan budaya di tengah arus globalisasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun