Senin (26/12), Mahasiswa KKM UIN Malang kelompok 118 mengadakan kunjungan ke beberapa UMKM di Desa Dawuhan. Diantaranya ada tusuk sate dan juga produksi gypsum. Kunjungan tersebut didasari oleh program kerja dari divisi sosial kemasyarakatan untuk meninjau dan belajar tentang bagaimana pengolahan UMKM yang ada di Desa Dawuhan.
Kunjungan diawali ke rumah produksi gypsum yang ada di Desa Dawuhan, tepatnya berada di Dusun Dawuhan Krajan. Produksi gypsum tersebut merupakan produk home industri yang sudah lama digeluti oleh masyarakat sekitar. "Usaha ini awalnya dimulai dari warga yang merantau ke luar jawa dan belajar proses pembuatan gypsum, kemudian pulang kampung dan mulai buka usaha sendiri" ungkap salah seorang pengrajin yang didatangi KKM UIN Malang kelompok 118.
Gypsum yang diproduksi masyarakat sekitar mampu menembus persaingan pasar di tingkat kabupaten bahkan provinsi. Produk yang erat kaitanya dengan dunia konstruksi ini banyak sekali diterapkan di bangunan-bangunan yang ada di Desa Dawuhan
Kunjungan dilanjutkan ke tempat produksi tusuk sate. Bukan hanya sekedar kunjungan, KKM kelompok 118 UIN Malang juga ikut belajar bagaimana pengolahan tusuk sate dari bambu mulai dari bahan mentah hingga ke pengolahan limbah bahkan sampai ke ranah pengemasan dan pemasaran produk.
Tanaman dengan nama ilmiah Bambusoideae menjadi bahan utama dalam proses produksi kali ini. Bambu yang digunakan merupakan kualitas terbaik dari masing-masing jenisnya agar menghasilkan tusuk sate yang berkualitas. Jenis bambu yang sering digunakan yaitu bambu petung (Dendrocalamus asper) Â yang memiliki ukuran lingkar batang yang besar. Bambu-bambu tersebut diolah oleh masyarakat sekitar dan dikirimkan ke rumah produksi untuk diolah menggunakan mesin dan dikemas. Bambu yang diolah oleh masyarakat didapatkan dari beli ke petani bambu dan juga hasil kebun sendiri.
Selain mendatangi rumah produksi berskala besar, KKM UIN Malang kelompok 118 juga mendatangi pengrajin tusuk sate langsung ke rumahnya. "Kami dari pengrajin tusuk sate hanya memotong bambu menjadi bilah-bilah kecil, kemudian nantinya akan dikumpulkan di pabrik pengolahan untuk diolah lebih lanjut", ungkap Angga sebagai salah satu pengrajin tusuk sate yang ada di Desa Dawuhan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H