Selang beberapa hari, saat dalam perjalanan pelayaran dengan KM. Bukit Raya dari Selat Lampa (Natuna) ke Serasan dan menuju Pontianak, ada beberapa kali pesan (sms) dan telpon masuk yang berisi makian dan ancaman kepada saya terkait dengan penangkapan nelayan-nelayan di sekitar Serasan.
Sebulan sebelumnya saya sempat ke Serasan dan menjumpai beberapa nelayan lokal (tradisional) yang mengadu dan mengeluh karena tangkapan ikannya berkurang sejak ada sejumlah nelayan lain yang menggunakan bom ikan dan racun potassium dalam menangkap ikan. Bahkan menurut nelayan lokal tersebut, mereka pernah menegur nelayan pengguna bom ikan tersebut, namun mereka justru mendapatkan sejumlah ancaman. Kegiatan tersebut berdampak pada rusaknya terumbu karang sebagai habitat bagi ikan-ikan, sehingga bubu yang dipasang oleh nelayan tradisional tidak mendapatkan ikan.
Pada suatu kesempatan, saya melalukan ekspedisi mengelilingi pulau Serasan dan mengunjungi salah satu pulau kecil terluar (PKKT) di Serasan, yaitu Pulau Kepala. Dalam perjalanan ekspedisi ini kami menjumpai ada kapal nelayan yang sedang menggunakan bom ikan dan bersembunyi di sebuah pulau kecil tidak jauh dari Pulau Kepala. Dari kejadian tersebut, saya sempat menceritakan kondisi ini melalui twitter. Dan yang menjadi pertanyaan adalah dari mana peneror tersebut mendapatkan nomer kontak saya dan mengapa saya yang dianggap sebagai pelapor sehingga terjadi penangkapan terhadap nelayan-nelayan yang menggunakan bom ikan dan racun potassium tersebut?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H