Mohon tunggu...
Fauzan
Fauzan Mohon Tunggu... Dosen - Mengajar di Jurusan Hubungan Internasional UPN Yogyakarta

Peminat Limology (Studi Perbatasan) dan Studi Keamanan. Sekedar ingin berbagi cerita tentang perbatasan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Cerita Teror di Perbatasan Natuna

2 Oktober 2022   23:00 Diperbarui: 3 Oktober 2022   22:03 595
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa waktu lalu, saya berkesempatan melakukan riset lapangan dengan mengunjungi beberapa pulau di Natuna yaitu ke Pulau Bunguran (pulau utama di Natuna di mana Ranai sebagai ibukota kabupaten berada), Pulau Serasan, Pulau Kepala, Pulau Bungin, & Pulau Tiga. Natuna merupakan gugusan kepulauan Indonesia yang terletak di Laut China Selatan dan berbatasan maritim dengan Malaysia dan Vietnam. Wilayah Natuna seringkali menjadi pemberitaan yang hangat akhir-akhir ini karena maraknya kasus illegal fishing oleh nelayan-nelayan asing dan klaim sepihak China atas sebagian wilayah perairan Natuna (ZEE) dengan nine dashed lines-nya.

Secara geografis, wilayah Kepulauan Natuna terletak pada posisi 1°16' - 7°19' LU dan 105°00' - 110°00' BT. Luas wilayah Kabupaten Natuna adalah 264,198.37 km² di mana sebagian besar terdiri dari perairan yakni seluas 262,197.07 km² dan sisanya berupa daratan yang berbentuk kepulauan dengan luas 2,001.3 km².  Sebagai wilayah dengan gugus kepulauan, wilayah Natuna terdiri dari 157 pulau, dengan rincian 27 pulau berpenghuni dan sebagian besar pulau (127 pulau) tidak berpenghuni.

Salah satu pulau besar di Natuna selain Pulau Bunguran adalah Pulau Serasan. Pulau Serasan merupakan salah satu gugus pulau yang berada di wilayah Natuna bagian timur dan secara geografis lebih dekat dengan wilayah Sambas, Kalimantan Barat dan Serawak. Pulau Serasan bisa dicapai melalui Selat Lampa (Natuna) maupun Pontianak dengan waktu tempuh sekitar 10-12 jam dengan menggunakan KM. Bukit Raya ataupun KM. Sabuk Nusantara.

Gugus kepulauan Serasan sebenarnya mempunyai potensi yang cukup baik untuk dikembangkan sebagai objek wisata Bahari. Wilayah pesisirnya yang cukup dangkal dan tidak ada pencemaran air laut sangat mendukung pertumbuhan terumbu karang. Di Serasan terdapat pantai Sisi yang yang memiliki pantai pasir putih yang panjangnya sekitar 7 km, yang menjadi tempat penyu-penyu bertelur. Pada musim puncaknya yaitu sekitar bulan Juli-Agustus, akan banyak penyu yang datang untuk bertelur di sekitar pantai Sisi. Beberapa pulau seperti Pulau batu Berian dan Pulau Karang aji memiliki pantai dengan pasir yang lembut dan bersih, serta terdapat beberapa spot yang cukup baik untuk wisata memancing. 

Salah satu permasalahan yang cukup menarik di Serasan adalah penyelundupan barang dari Serawak dan illegal fishing terutama penggunaan bom ikan dan racun potasium. Sekitar 70 persen kebutuhan masyarakat pulau Serasan berasal dari wilayah Sematan, Serawak, karena secara geografis lebih dekat jika dibandingkan ke Natuna maupun ke Pontianak. 

Menurut informasi dari seorang nelayan setempat, setiap 2 atau 3 hari ada sekitar 5 kapal (pompong) yang berangkat dari dermaga Batu Ampar menuju Sematan dengan membawa muatan ikan grade A dan B untuk dijual dan ditukar dengan barang-barang kebutuhan pokok masyarakat Serasan, seperti gula pasir, beras, minyak goreng, ayam beku, daging sapi, telur, tepung, susu, gas, dan barang-barang kebutuhan lainnya.

Transaksi illegal seperti ini terkadang tercium oleh aparat Polisi Diraja Malaysia (PDRM). Beberapa kali terjadi kasus penangkapan. Menurut nelayan setempat, dalam 4-5 kali transaksi, biasanya akan tertangkap sekali, dan mereka dikenai denda yang cukup besar.

Selain itu, kasus penangkapan ikan secara illegal dengan menggunakan bom ikan dan racun potassium cukup marak di sekitar perairan Serasan pada waktu itu. Namun informasi penangkapan ikan dengan menggunakan bom racun dan racun potassium sudah jarang terjadi saat ini di perairan Serasan, sejak di terjadi penangkapan nelayan-nelayan oleh satuan tugas patroli dari Pangkalan Angkatan Laut (Lanal) Ranai dan proses pembangunan pos lintas batas negara (PLBN) di Serasan.

Pengalaman yang menarik dari Natuna adalah saya sempat diteror dan diancam lewat telpon &  pesan sms oleh seseorang yang mengaku berada di Pemangkat, Sambas, Kalimantan Barat. Saya menduga bahwa “peneror” tersebut adalah pengepul ikan (semacam Tokei) yang marah karena ada penangkapan nelayan-nelayan yang menggunakan bom ikan oleh satuan TNI AL yang berpangkalan di Ranai. Penangkapan nelayan tersebut mungkin berdampak berkurangnya pasokan ikan ke pengepul ikan yang mengaku tinggal di Pemangkat tersebut.

Pada suatu kesempatan saya berkunjung untuk bertemu dan wawancara dengan Komandan Lanal Ranai, namun tidak jadi dilaksanakan karena Komandan Lanal Ranai tidak ada di tempat karena ada kegiatan mendadak di Batam. Pada saat di Lanal Ranai, saya menjumpai sejumlah nelayan dari Serasan yang ditangkap oleh satuan TNI AL Lanal Ranai dan sedang diidentifikasi satu persatu oleh petugas. 

Saat di tempat ini, saya sempat diminta mengisi formulir oleh petugas yang di dalamnya berisi data pribadi saya, termasuk nomer kontak/telpon. Di saat petugas mengidentifikasi nelayan-nelayan terduga pelaku pemboman ikan, secara sembunyi-sembunyi saya sempat mengambil foto namun kemudian ketahuan petugas dan diminta menghapus foto-foto yang saya ambil tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun