Ada cerita yang berbeda di perlintasan perbatasan di antara negara Indonesia dengan Malaysia ini. Â Jika dalam perjalanan sebelumnya ke pos lintas batas negara (PLBN) Entikong (Sanggau, Kalimantan Barat) dan PLBN Badau (Kapuas Hulu, Kalimantan Barat), saya relatif sulit menemukan barang-barang produk Malaysia di masa pandemi covid-19, di sekitar perlintasan ini barang produk Malaysia cukup melimpah. Perlintasan Patok Batas 02 (PB-02) ini terletak di desa Aji Kuning, kecamatan Sebatik Tengah, kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara. Pulau Sebatik adalah sebuah pulau kecil di sebelah timur laut Kalimantan. Pulau ini secara administratif terbagi menjadi dua bagian, di bagian utara masuk wilayah Tawau, Sabah - Malaysia dan di sebelah selatan masuk wilayah Nunukan, Kalimantan Utara - Indonesia. Pulau Sebatik merupakan salah satu pulau terdepan dan terluar Indonesia.
Perlintasan ini bukanlah perlintasan resmi untuk keluar masuk orang dan barang dari wilayah Sebatik bagian selatan (wilayah Indonesia) dan Sebatik bagian utara (wilayah Malaysia). Namun demikian, perlintasan ini menjadi salah satu "pintu" yang menghubungkan dua wilayah negara yang berbeda.
Memang selama pandemi covid-19, perbatasan kedua negara ditutup secara rapat dan hanya untuk kepentingan yang urgen seperti pemulangan Pekerka Migran Indonesia (PMI) saja. Penutupan perbatasan ini setidaknya mengganggu pasoakan barang-barang tertentu dari Malaysia (wilayah Serawak dan Sabah) yang diperlukan masyarakat di perbatasan seperti bahan kebutuhan pokok, gas dan lainnya. Ketika di Entikong, saya sulit menemukan milo Malaysia, di Badau hanya mendapatkan milo 1 kg dengan harga 95 ribu.
Di Krayan lebih ekstrim lagi, harga milo 1 kg ditawarkan 130 ribu. Seorang kawan membeli air mineral 600 ml di sebuah warung  seharga 20 ribu. Seorang kawan yang membantu kami mencarikan tiket pesawat Hevilift bercerita jika familinya membeli gas Malaysia 15 kg yang biasanya seharga sekitar 200 ribu menjadi 1,5 juta. Sopir yang mengantar kami ke perbatasan Long Midang juga bercerita jika harga semen mencapai 1,7 juta per sak di Krayan.
Sedangkan di wilayah Sebatik dan Nunukan, barang-barang produk Malaysia masih relatif banyak dengan harga yang relatif stabil. Saya dapat membeli milo 1 kg dengan harga 65 ribu saja. Meskipun secara formal perbatasan yang menghubungan wilayah Nunukan dengan Tawah (Sabah) ditutup dan tidak ada kapal yang berlayar dari pelabuhan Tunon Taka (Nunukan) ke Tawau Sabah ataupun sebaliknya, namun di perlintasan Aji Kuning Sebatik ini masih ada aktivitas lintas batas, baik melalui perahu maupun lewat jembatan kayu di atas sungai kecil yang memisahkan kedua wilayah negara tersebut. Bahkan ketersediaan barang-barang produk Malaysia ini masih dapat dengan mudah dijumpai di kota Tarakan.
Di perlintasan ini, saya bisa melewati batas kedua negara dan masuk ke wilayah Malaysia dengan mudah tanpa harus menggunakan paspor atau sekedar menunjukan kartu identitas, meski di sekitar perlintasan ini ada petugas pengamanan perbatasan (Paspamtas) TNI. Saya bisa memesan kopi di sebuah kedai yang masuk wilayah Malaysia dan mengambil gambar di patok perbatasan Sebatik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H