Mohon tunggu...
Fauzan Budi Prasetya
Fauzan Budi Prasetya Mohon Tunggu... -

Seorang mahasiswa baru kesehatan masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Fakta Tersembunyi Produk Tembakau (Baca: Rokok)

7 Juni 2014   15:03 Diperbarui: 20 Juni 2015   04:51 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Jika kita pergi ke warung-warung pinggir jalan dan bertemu dengan orang-orang bercengkerama sembari mengobrol santai, tidak jarang kita akan menemukan dua hal yang selalu menemani mereka. Apa saja itu? Dua hal yang hampir dipastikan ada adalah secangkir kopi dan rokok. Akan tetapi, kali ini kita hanya akan membahas tentang benda yang terakhir disebutkan. Sebab, benda ini telah menjadi fenomena tersendiri di kalangan masyarakat dunia. Di Indonesia, rokok telah menjadi simbol sosial di masayarakat. Seperti yang telah disebutkan diatas, dua hal yang mampu mengumpulkan masyarakat untuk berinteraksi adalah secangkir kopi dan tentu saja, rokok.

Masyarakat luar negeri menyebutnya cigarettes. Rokok merupakan produk tembakau yang paling banyak beredar di masyarakat. Rokok memang bukan satu-satunya produk tembakau. Pernahkah anda mendengar sisha? Atau pernahkah anda melihat tokoh kartun yang menghisap pipa? Atau melihat cerutu di film-film mafia? Semua yang disebutkan diatas juga merupakan produk tembakau. Akan tetapi, disini hanya cigarettes (baca: rokok) yang akan dibahas. Saya akan membahas beberapa fakta tentang seluk-beluk produk tersebut yang mungkin jarang diketahui orang banyak.

Merokok telah menjadi suatu hal yang sangat normal di Indonesia. Dilihat dari segi prevalensi perokok, laki-laki perokok sebesar 67,4% pada 2011. Prvalensi prokok pada pemuda berusia 14-19 tahun terus meningkat. Hingga tahun 2010 prevalensi perokok telah mencapai 38,4% untuk remaja laki-laki.

Pertama, merokok membunuh. Kata-kata tersebut sudah sering kita dengar. Tetapi seberapa pahamkah kita tentang ini? Berdasarkan data pada tahun 2010, diperkirakan ada 380.00++ di Indonesia yang telah terdiagnosis menderita penyakit karena rokok. Sedangkan pada tahun yang sama, total kematian karena konsumsi rokok mencapai 190.000++ dan mencapai 12,7% total kematian di Indonesia pada tahun 2010. Bahkan, rokok membunuh 50% konsumennya. Dengan kata lain, 1 dari 2 orang perokok mati karena produk yang dikonsumsinya. Rokok terus membabat habis rakyat Indonesia.

Kedua, produk tembakau akan membuat ekonomi Indonesia hancur. Bukankah industri rokok memberi sumbangan yang besar kepada ekonomi Indonesia? Fakta mengatakan tidak. Menurut data Badan Kebijakan Fiskal pada tahun 2012, penerimaan cukai produk tembakau jauh lebih kecil daripada beban kesehatan akibat rokok di Indonesia. Total kerugian ekonomi secara makro akibat konsumsi rokok mencapai 245,41 Triliun rupiah, jauh lebih besar dari sumbangan cukainya. Mari kita pahami bersama bahwa cukai tidaklah dibayar oleh pengusaha. Cukai dibayar oleh para konsumen ketika mereka membeli produknya. Dengan kata lain, triliunan uang cukai tersebut adalah uang masyarakat. Hal ini juga berhubungan dengan uang yang akan habis untuk biaya perawatan. Indonesia telah melaksanakan Jaminan Kesehatan Nasional. Sederhananya, beban kesehatan seluruh masyarakat Indonesia akan ditanggung secara gotong royong. Jika jumlah perokok besar, jumlah pasien yang menanggung penyakit degeneratif seperti kanker paru-paru, penyakit jantung koroner, dll juga akan besar. Biaya perawatan karena penyakit diatas tidaklah murah. Tahun 2010, biaya perawatan medis rawat inap dan rawat jalan telah mencapai 2,11 triliun rupiah. Jika biaya kesehatan konsumen rokok ditanggung oleh JKN, akan terjadi kebocoran biaya yang besar. Ingatlah kembali, uang yang digunakan pada JKN merupakan uang masyarakat. Dengan kata lain, merokok membuat rugi masyarakat lainnya.

Ketiga, petani dan buruh tembakau sangat tidak diuntungkan karena rokok. Sekali lagi, itu tidaklah benar. Data dari Badan Pusat Statistik tahun 2011 mengatakan bahwa rata-rata upah bulanan buruh di Industri rokok adalah 615 ribu rupiah. Ini menyedihkan. Upah tersebut dibawah upah buruh Industri makanan yang sebesar 751 ribu rupiah dan dibawah upah seluruh industri sebesar 901 ribu rupiah. Mari kita lihat dari sisi lain, yaitu ekspor impor produksi tembakau. Mungkin kita sering mendengar industri rokok di Indonesia mengekspor banyak daun tembakau ke negara lain. Sekali lagi, fakta mengatakan berbeda. Berdasarkan data Statistik Perkebunan Indonesia tahun 2010, negara mengekspor 57.408 ton tembakau ke luar. Akan tetapi, Indonesia juga mengimpor daun tembakau dari negara lain sebesar 65.658 ton. Impor lebih besar daripada ekspor. Petani tidak diuntungkan dalam hal ini. Hal itu diperparah dengan berita di media yang belakangan ramai dibicarakan. Ribuan buruh tembakau di PHK karena tenaga mereka sudah tidak dibutuhkan. Biaya produksi akan menjadi lebih murah jika industri menggunakan mesin. Jadi, untuk menjaga keuntungan yang didapat oleh pengusaha industri rokok, petani dan buruh akan selalu menjadi korban.

Itulah beberapa fakta yang kita semua mungkin belum mengetahuinya. Jelaslah sudah, tembakau tidak menguntungkan masyarakat Indonesia. Tembakau membuat rugi negara kita tercinta. Bonus demografi sudah di depan mata. Masa kejayaan bangsa ini akan terjadi dalam beberapa tahun ke depan. Jangan sampai, kerugian kesehatan dan ekonomi akibat rokok menghalanginya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun