Mohon tunggu...
Ahmad Fauzan Amin
Ahmad Fauzan Amin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa uin khas jember

"Setiap kata yang kamu tulis adalah langkah kecil menuju perubahan besar."

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Tradisi Sarwek'en sebagai Mekanisme Pelestarian Budaya Lokal (Desa Suling) di Tengah Dinamika Perubahan Sosial

22 Desember 2024   05:20 Diperbarui: 22 Desember 2024   05:15 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tradisi sarwek’en menjadi cara yang efektif untuk memperkuat ukhuwah Islamiyah di masyarakat Desa Suling. Lewat pertemuan mingguan, warga memiliki kesempatan untuk berkumpul, berbagi cerita, dan saling mendukung, baik dalam aspek keagamaan maupun sosial. Lokasi pertemuan yang bergantian di rumah-rumah anggota membantu menumbuhkan rasa kebersamaan dan mengurangi kesenjangan sosial di antara mereka.

Kegiatan ini juga membuka ruang dialog antar generasi. Generasi muda dapat belajar dari pengalaman orang tua, yang penting untuk menjaga keberlanjutan tradisi, menumbuhkan kesadaran bersama, serta meningkatkan toleransi dan persatuan dalam masyarakat yang semakin beragam.

Tradisi sarwek’en mengandung nilai-nilai penting yang mencerminkan kearifan lokal dan harus diteruskan kepada generasi muda. Kegiatan seperti pembacaan Surah Yasin, tahlil, doa bersama, dan kajian fikih memberikan pemahaman mendalam tentang bagaimana agama dan budaya saling berkaitan. Dengan melibatkan generasi muda, nilai-nilai positif ini dapat terus dijaga meskipun menghadapi tantangan modernisasi.

Salah satu keunikan sarwek’en adalah sifatnya yang fleksibel, sehingga dapat beradaptasi dengan situasi sosial. Misalnya, pemilihan waktu kegiatan yang disesuaikan dengan jadwal ustaz menjadi contoh bagaimana tradisi ini tidak kaku tetapi tetap memprioritaskan esensi utamanya.

dok. pimpinan sarwek'en
dok. pimpinan sarwek'en
Interaksi antara generasi dalam tradisi sarwek’en menjadi hal penting untuk memastikan tradisi ini tetap hidup. Generasi tua berperan sebagai penjaga tradisi dan pembimbing bagi generasi muda, sedangkan generasi muda menyumbangkan energi dan ide-ide baru untuk menyegarkan pelaksanaan kegiatan.

Melalui sarwek’en, nilai-nilai tidak hanya diajarkan lewat kata-kata, tetapi juga lewat tindakan nyata, seperti bekerja sama mempersiapkan kegiatan, berbagi hidangan, dan berdiskusi tentang masalah keagamaan. Pola interaksi ini tidak hanya membantu melestarikan tradisi tetapi juga memperkuat rasa kebersamaan dalam masyarakat.

Tantangan dan Strategi Adaptasi Tradisi Sarwek’en Di tengah pengaruh budaya luar dan perubahan gaya hidup, tradisi sarwek’en menghadapi tantangan seperti berkurangnya minat generasi muda, tekanan ekonomi, dan perubahan cara berkomunikasi. Namun, warga Desa Suling mampu beradaptasi dengan baik, salah satunya dengan menggunakan media sosial untuk mengumumkan jadwal kegiatan dan melibatkan lebih banyak orang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun