ngaret. Tidak tepat waktu atau yang biasa dikenal ngaret merupakan salah satu kebiasaan buruk dengan cara tidak menghargai waktu dan tentu merugikan diri sendiri maupun orang lain. Lantas mengapa kebiasaan ini disebut dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain? Kebiasaan ngaret ini dapat dikatakan merugikan diri sendiri karena ketika kita sudah menjadwalkan agenda selama seharian, namun terdapat agenda seperti mengadakan suatu perjanjian atau rapat bersama seseorang, lalu orang tersebut terbiasa untuk datang ngaret saat agenda tersebut sehingga menyebabkan beberapa agenda yang telah kita jadwalkan ikut molor. Begitupun dampak yang merugikan bagi orang lain.Fenomena ngaret ini terbilang hal yang lumrah dan telah menjadi kebiasaan di dalam  kehidupan masyarakat Indonesia Bahkan hal tersebut tampaknya telah mengakar pada masyarakat Indonesia. Terlebih lagi dalam lingkungan kampus. Seringkali kita menemukan dalam lingkungan kampus baik dalam kegiatan akademik maupun non akademik seperti menghadiri kelas, acara organisasi, rapat, ataupun kerja kelompok. Kegiatan tersebut pasti baru akan berjalan setelah satu jam atau setengah jam dari waktu yang telah ditentukan. Serta biasanya kebiasaan ngaret ini telah menjadi hal yang biasa atau hal yang normal terjadi pada masyarakat khususnya lingkungan kampus.Hal tersebut dapat dibuktikan oleh kesaksian seorang mahasiswa bernama Arifin. Ketika Arifin sedang melakukan pengawasan terhadap suatu program kerja organisasi, jika dilihat dari rencana bahwa organisasi tersebut akan mengadakan acara pada pukul 11.00. Karena satu dan dua hal, Arifin datang pada acara tersebut pada pukul 11.10. Dirinya sudah mengira akan telat karena tidak datang pada jam yang telah ditentukan. Namun ternyata, hingga pukul 11.10 pun acara belum dimulai. Penyebab dari belum dimulainya acara tersebut tak lain dan tak bukan karena terdapat beberapa anggota dari organisasi tersebut datang terlambat atau ngaret sehingga acara tersebut yang sebelumnya dimulai pada pukul 11 harus mundur dan dimulai pada pukul 1. Hal tersebut tentu mengacaukan jadwal kegiatan Arifin, yang  sebelumnya dia bisa pulang pada jam 3 dan menikmati momennya untuk berbuka puasa,  namun hal tersebut terhalang karena adanya acara yang mundur atau molor.
Bayangkan apabila kamu telah janjian dengan seseorang pada jam 8 namun orang tersebut datang pada jam 9 apa yang akan kamu rasakan? Pastinya merasa tidak dihargai, kecewa dan kesal. Nah hal tersebut dapat dikatakan sebagaiSelain Arifin, seorang mahasiswa yang berasal dari Jakarta bernama Andhika memiliki pengalaman serupa, yaitu menghadapi agenda yang molor karena adanya beberapa temannya yang datang terlambat atau ngaret. Hal tersebut menyebabkan Andhika harus menjadwalkan ulang agenda yang telah ia susun. Kejadian atau pengalaman diatas tentunya membuat resah bagi Andhika dan Arifin karena jadwal yang telah mereka susun harus diubah dengan menyesuaikan jadwal temannya yang ngaret.
Lalu, apa yang melatarbelakangi para pelaku untuk melakukan ngaret? Para pelaku ngaret ini biasanya ada yang melakukan ngaret karena terbiasa dengan budaya ngaret yang telah diterapkan sejak dini. Ketika mengadakan suatu acara pasti para panitia menyiapkan susunan acara dengan versi ngaret. Hal ini sungguh ironis mengingat budaya ngaret pada lingkungan kampus yang sering terjadi. Selain telah menjadi kebiasaan, biasanya orang yang melakukan ngaret ini disebabkan oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal ini biasanya disebabkan oleh individu atau pelaku ngaret itu sendiri seperti ketiduran atau individu ini lupa bahwa dia telah mengadakan janjian seseorang atau terdapat acara rapat. Manajemen waktu yang buruk juga ikut terlibat dalam faktor penyebab pelaku ngaret ini atau bahkan memperparah fenomena ngaret ini. Faktor internal yang paling utama dalam mempengaruhi adanya kebiasaan ngaret yaitu ketidakmampuan seseorang dalam menghargai waktu orang lain sehingga kebiasaan ini terus dilestarikan dan tentunya sulit dihilangkan. Lalu, Faktor Eksternal yang dapat mempengaruhi fenomena ngaret ini yaitu berasal dari luar kendali seseorang yang melakukan ngaret seperti adanya hujan atau kemacetan atau peristiwa lainnya yang tentu diluar dari prakiraan seorang pelaku ngaret.Kemudian bagaimana cara meminimalisir kebiasaan ngaret ini? Tentu terdapat beberapa cara untuk meminimalisir dari adanya kebiasaan ngaret ini yaitu dengan menghargai akan adanya waktu seseorang. Dengan begitu, maka kebiasaan ngaret bisa diminimalisir dan dengan adanya kesadaran akan menghargai waktu seseorang tentu dapat mendukung manajemen waktu yang baik sehingga dapat meminimalisir kebiasaan ngaret ini. Selain menghargai akan waktu sesorang perlu adanya kesadaran bagi para individu dan pelaku ngaret untuk tepat waktu dan memiliki pemahaman bahwa waktu itu tidak dapat diulangi sehingga dengan adanya kesadaran tersebut maka kita bisa menghilangkan kebiasaan ngaret ini. Terakhir, harapan bagi para pelaku ngaret atau individu yang masih terbiasa akan ngaret ini dapat dihilangkan dalam diri individu tersebut sehingga dapat menghargai waktu antar individu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H