Mohon tunggu...
Fauzan N.
Fauzan N. Mohon Tunggu... -

I'm a doctor

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mimpi

3 Januari 2015   06:41 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:55 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Matahari masih menyengat sore itu. Turun dari angkot dia melihat jam tangannya, jam setengah 4 sore. Dengan langkah yang agak goyah karena kelelahan dia memasuki pintu rumahnya. " Assalamu'alaikum, kakak pulang.. " teriaknya dengan suara parau. " Wa'alaikumsalam.." terdengar suara beberapa saat setelah itu, sepertinya dari arah dapur. Dia segera masuk ke kamar, meletakkan tasnya, kemudian merebahkan diri di tempat tidur.

"Kak Rena, kak Rena, gambaranku bagus nggak?" tiba-tiba terdengar suara yang mengagetkannya saat dia baru setengah tertidur. Saat membuka mata dilihat di samping tempat tidurnya sudah ada seorang gadis kecil berusia sekitar 7 tahun yang menyodorkan sebuah gambar. Dengan sisa-sisa tenaga ia berusaha bangun dan mengambil gambar itu, sepertinya gambar pesawat terbang. " Wah, bagus sekali Kin, kakak aja gak bisa gambar sebagus ini..." Senyumnya menghibur Kina, adiknya yang terkecil. "Hehehe.. Kak Rena, Kina besok kalo udah besar pengen jadi pramugari ya, biar bisa naik pesawat ke mana-mana." teriaknya kegirangan. " Iya, besok kak Rena terus ikutan numpang ya Kin.." balasnya. " Boleh kak, boleh, sekalian kak Indra dan ibu ya, kita naik pesawat bareng, yeeiy… " jawabnya girang. Kina segera berlari membawa gambarnya menuju dapur, ke tempat ibunya berada. Dengan senyum, dipandanginya gadis kecil yang riang itu sampai ia menghilang. Tak lama setelah itu dia terlelap kembali.

Selepas makan malam, Rena segera membantu ibunya mencuci piring di dapur. " O iya Ren, habis ini bantuin Indra kerjain PR matematika ya, dari tadi siang dia nyariin kamu minta diajarin, katanya soalnya susah banget." kata ibunya. " Iya bu, sebentar lagi selesai kok ini." jawabnya. Segera setelah selesai ia menuju kamar Indra, adik laki-lakinya yang masih duduk di bangku SMP. Terlihat olehnya Indra sedang serius mengerjakan tugas rumahnya. " In, lagi ngerjain PR ya, kakak ajarin deh.." "Iya kak Ren, ini soal yang ini susah...". Agak susah memang, mungkin setingkat soal SMA saat Rena sekolah dulu. Setelah ia mengajari adiknya, Rena teringat kejadian tadi sore dengan Kina adiknya. "Eh, Indra, cita-citamu nanti mau jadi apa?" tanya Rena dengan senyum. " Jadi Insinyur kak, kayak Bapak dulu.." jawab Indra dengan tegas. Rena tertegun sejenak, ia teringat ayahnya yang sudah meninggal beberapa tahun lalu karena sakit keras. Seorang ayah yang dulu sangat ia kagumi dan banggakan. Namun ia tak mengira secepat itu ayahnya pergi meninggalkan ibu yang sendirian menopang kehidupan keluarganya.

Jam setengah 10 malam saat itu, seusai berkutat dengan tugas kuliahnya sendiri, Rena terbaring di tempat tidurnya. Dia masih memikirkan ke dua adiknya yang memiliki mimpinya masing-masing. "Enak ya jadi anak kecil, masih bisa bermimpi jadi apa saja..." pikirnya. Saat masih sekolah dulu Rena memang tergolong anak yang pandai, dia hampir selalu menyabet 3 besar rangking di kelasnya. Dia dulu mempunyai mimpi dan ambisi yang sangat tinggi. Mulai dari kuliah di luar negeri, kuliah di universitas terbaik, di jurusan paling favorit, dan banyak mimpi yang ia ingin capai semua demi kebahagiaan dia dan keluarganya. Namun semua berubah ketika ayahnya meninggal, dia terpaksa kuliah di sebuah universitas di kotanya karena beasiswa. Dia tak ingin merepotkan ibunya yang membiayainya jika ia kuliah di tempat lain yang menjadi mimpinya sejak dulu. Dia merasa mimpinya sudah kandas dan prestasi belajarnya di bangku kuliah tidak terlalu bagus. Satu hal yang Rena pikirkan, bagaimana ia segera lulus dan bekerja demi membiayai adik-adiknya kelak. " Sebenarnya aku masih rindu ketika dulu masih mempunyai mimpi, tapi tak apalah asal mimpi mereka masih terjaga.." pikir Rena malam itu. Dinginnya malam segera membuatnya tertidur.

-- --

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun