Mohon tunggu...
P.Aulia Rochman
P.Aulia Rochman Mohon Tunggu... Penulis - Petualang Kehidupan Dimensi Manusia yang diabadikan dalam https://theopenlearner333.blogspot.com/

I can't do anything, I don't know anything, and I am nobody.

Selanjutnya

Tutup

New World Pilihan

AI: Ancaman atau Sekutu? Menyelami Dampaknya terhadap Peran Manusia di Era Digital

22 Januari 2025   09:14 Diperbarui: 22 Januari 2025   09:14 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image by David Snchez-Medina Caldern from Pixabay

Pendahuluan

Perkembangan kecerdasan buatan (AI) telah membawa dampak besar bagi kehidupan manusia di berbagai sektor. Di satu sisi, AI memberikan kemudahan dan efisiensi dalam pekerjaan sehari-hari, tetapi di sisi lain, muncul kekhawatiran mengenai hilangnya lapangan pekerjaan akibat otomatisasi. Fenomena ini menciptakan dilema global: apakah AI menjadi ancaman atau justru peluang bagi manusia?

Seiring dengan kemajuan AI, banyak pekerjaan yang dahulu dilakukan oleh manusia kini dapat dikerjakan oleh mesin dengan lebih cepat dan efisien. Namun, di sisi lain, AI juga menciptakan peluang baru yang mendorong manusia untuk beradaptasi dengan keterampilan yang lebih kompleks dan berbasis kreativitas.

Isu ini menjadi relevan secara sosial dan budaya, terutama di tengah pergeseran ekonomi digital global yang turut mempengaruhi pasar tenaga kerja Indonesia. Misalnya, industri manufaktur, perbankan, hingga media telah mengalami transformasi besar akibat penerapan AI. Dengan munculnya tantangan ini, manusia dihadapkan pada pilihan: beradaptasi atau tertinggal.

Kisah-kisah inspiratif tentang individu yang berhasil beradaptasi dengan AI juga menjadi bukti bahwa dengan pendekatan yang tepat, manusia dan AI dapat saling melengkapi. Misalnya, seorang pekerja di sektor pemasaran digital yang beralih fokus pada analisis data kreatif, atau seorang guru yang menggunakan AI untuk meningkatkan metode pembelajaran interaktif.

Dengan memahami potensi dan tantangan yang ada, artikel ini akan mengupas lebih dalam bagaimana manusia dapat tetap relevan di era AI melalui adaptasi, kolaborasi, dan pengembangan keterampilan yang tepat.

Adaptasi di Era AI: Memilih Bertahan atau Tertinggal?

Perubahan yang dibawa AI menuntut manusia untuk terus beradaptasi dan mengembangkan keterampilan baru agar tetap relevan. Seiring dengan otomatisasi yang menggantikan pekerjaan berbasis rutin dan repetitif, muncul kebutuhan untuk menguasai keterampilan yang lebih kompleks dan berbasis kognitif.

Berdasarkan "The Future of Jobs Report 2023" dari World Economic Forum, diperkirakan bahwa pada tahun 2025, sekitar 85 juta pekerjaan akan tergantikan oleh AI, sementara 97 juta pekerjaan baru akan tercipta di bidang teknologi dan inovasi. Dampak terbesar akan dirasakan di sektor manufaktur (30%), layanan keuangan (25%), dan retail (20%). Namun, sektor-sektor seperti healthcare dan pendidikan justru menunjukkan pertumbuhan permintaan tenaga kerja hingga 15% karena integrasi AI yang melengkapi, bukan menggantikan, peran manusia.

Re-skilling dan up-skilling menjadi solusi utama dalam menghadapi tantangan ini. Keterampilan seperti analisis data, pemikiran kritis, pemecahan masalah, dan kreativitas menjadi kunci dalam menghadapi era digital yang terus berkembang. Seorang karyawan yang sebelumnya bekerja di bidang administrasi misalnya, dapat beralih menjadi analis data atau spesialis pemasaran digital dengan pelatihan yang tepat.

Namun, proses adaptasi tidak selalu mudah. Tantangan yang dihadapi antara lain akses ke pendidikan berkualitas, kesiapan mental untuk beradaptasi dengan perubahan, dan dukungan dari pemerintah maupun sektor swasta dalam menyediakan program pelatihan yang relevan.

Untuk itu, langkah-langkah strategis seperti mengikuti pelatihan online, kursus keterampilan digital, serta membangun jaringan profesional di bidang teknologi menjadi penting agar manusia dapat terus bersaing di era AI ini. Dengan adaptasi yang tepat, manusia bukan hanya bertahan, tetapi juga berkembang di era digital.

Kolaborasi Manusia dan AI: Harmoni atau Kompetisi?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten New World Selengkapnya
Lihat New World Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun