Mohon tunggu...
P.Aulia Rochman
P.Aulia Rochman Mohon Tunggu... Penulis - Petualang Kehidupan Dimensi Manusia yang diabadikan dalam https://theopenlearner333.blogspot.com/

I can't do anything, I don't know anything, and I am nobody.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Lebih dari Sekadar Rasa: Cinta yang Menggugah Manusia Menjadi Bijaksana

6 Januari 2025   11:30 Diperbarui: 6 Januari 2025   11:43 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokpri made by chatgpt

"Cinta adalah jembatan antara kamu dan segala sesuatu." 

-- Jalaluddin Rumi

Pembukaan: Mengapa Cinta Lebih dari Sekadar Perasaan?

Cinta sering dipahami sebagai emosi yang hadir dalam hubungan manusia---antara pasangan, keluarga, atau teman. Namun, lebih dari sekadar rasa, cinta adalah kekuatan transformasi yang mampu mengubah manusia dari dalam. Dalam filsafat, cinta bukan hanya soal hati, tetapi juga akal dan jiwa yang bersama-sama mencari makna kehidupan.

Di era modern, makna cinta semakin diuji. Individualisme yang kian menguat dan dominasi media sosial telah menggeser cinta menjadi sekadar narasi romantis atau tuntutan pengakuan. Di balik unggahan penuh cinta yang tampak sempurna, ada kegelisahan: apakah cinta yang kita jalani ini sejati? Apakah cinta ini membantu kita menjadi manusia yang lebih baik?

Pertanyaan-pertanyaan ini membawa kita kembali pada akar cinta: sebuah dorongan untuk melampaui diri sendiri. Lebih dari sekadar rasa, cinta adalah perjalanan menuju kebijaksanaan.

Cinta sebagai Dasar Filosofi: Dari 'Philo' ke 'Sophia'

Kata "filsafat" berasal dari bahasa Yunani philosophia, yang secara harfiah berarti "cinta kebijaksanaan." Dalam istilah ini, cinta (philo) bukanlah cinta yang bersifat romantis atau emosional belaka. Sebaliknya, cinta di sini mencerminkan hasrat mendalam untuk memahami dan mengejar kebenaran, makna, dan kebijaksanaan (sophia).

Para filsuf Yunani kuno, seperti Socrates dan Plato, percaya bahwa cinta adalah pendorong utama bagi manusia untuk melampaui keterbatasan diri. Plato, dalam dialognya "Symposium," menggambarkan cinta sebagai tangga yang menghubungkan manusia dengan keindahan ilahi dan kebijaksanaan tertinggi. Cinta dimulai dari hal-hal fisik, tetapi ketika diarahkan dengan benar, ia menjadi kekuatan yang membimbing manusia menuju pencerahan spiritual dan intelektual.

Dalam konteks ini, cinta bukan hanya tentang apa yang dirasakan, tetapi juga tentang apa yang dikejar. Ia menjadi dasar dari segala pemikiran filosofis, karena tanpa cinta, tidak ada dorongan untuk bertanya, mencari, atau memahami. Dengan cinta, manusia mampu keluar dari zona nyaman, menantang dogma, dan menemukan kebijaksanaan sejati yang melampaui batas duniawi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun