Tulisan ini merupakan lanjutan dari cerita explorasi kawan kita Inho dan timnya menulusuri gugusan kepulauan di Kabupaten Halmahera Barat. Cerita yang lalu telah digambarkan tentang dari mana perjalanan ini bermula, tempat persinggahan, serta gambaran tentang persiapan dan biaya yang diperlukan.
Setelah Inho dan timnya, menikmati keindahan pemandangan dan ketenangan pulau sosota, Inho dan timnya memutuskan untuk bermalam dan sedikit “lagi” menikmati pulau sosota, untuk rehat sejenak dan merasakan ketenangan serta kedamaian malam di pulau itu, hingga saat sang fajar tersenyum ramah dan sinarnya memeluk hangat daratan pantai pulau sosota.
Pukul 08.00 WIT Inho dan timnya bergegas berangkat menuju pulau Kaha Tola, satu-satunya pulau berpenghuni yang di singgahi dalam eksplorasi mereka kali ini. Jarak antara pulau Kaha Tola dengan pulau sosota hanya berkisar 15 menit perjalanan dengan perahu motor sewaan, pemandangan indah menyambut kedatangan inho dan kawan-kawan menuju ke pulau tersebut.
Kaha Tola dalam bahasa setempat berarti "Tanah yang Terpenggal/Terpisah", entah mengapa dinamakan seperti itu?Mungkin karena sebagai satu-satunya pulau berpenghuni dantara gugusan pulau "kosong" lain, Kaha Tola dianggap sebagai pulau yang terpisah dari induknya yakni Pulau Halmahera.
Secara administratif pulau Kaha Tola masuk dalam wilayah Kecamatan Loloda yang masih masuk kawasan Kabupaten Halmahera Barat. Kepulauan-kepulauan yang berada di kawasan Loloda memang terkenal dengan kekayaan biota lautnya dan keindahaan alamnya yang masih sangat jarang tereksplorasi.
Tujuan utama inho dan kawan-kawan ke pulau tersebut adalah untuk menikmati air terjun (Waterfall) yang langsung jatuh ke lautan. Air terjun yang menyediakan keindahan dan keunikan tersendiri bagi para petualang yang mengunjunginya, akan tetapi ternyata kedatangan inho dan timnya kurang tepat waktu, sebab musim kemarau panjang yang melanda Maluku Utara membuat air terjun Kaha Tola mongering, sehingga yang tersisa hanyalah susunan bebatuan ditebing “bekas” air terjun Kaha Tola.
Setelah puas menikmati sensasi “climbing”, melompat dari tebing, dan snorkeling inho dan kawan-kawan memutuskan untuk mampir sejenak di desa Kaha Tola, sekedar bercengkrama dan melepaskan lelah di salah satu rumah warga.
Penduduk desa kaha tola merupakan penduduk desa asli yang belum terasimilasi, akan tetapi tidak mengurangi keramahan mereka dalam menerima kehadiran pendatang (wisatawan). Sehingga Inho dan kawan-kawan memutuskan untuk mampir dan bercengkrama bersama mereka, akan tetapi mengingat agenda perjalanan eksplorasi mereka yang masih tersisa Inho dan timnya memutuskan untuk tidak berlama-lama di pulau kaha tola, dan langsung menuju ke pulau berikutnya yakni (mariporoco).
Alam Kaha Tola yang perawan, bukan hanya menjadi sumber kehidupan bagi segala makhluk hidup yang menghuninya, namun juga sebagai hadiah kecil dari Tuhan yang patut disyukuri, dikunjungi, dijaga dan dinikmati.
Sumber Foto: ino