Mohon tunggu...
Fauzan Gusti Wardhana
Fauzan Gusti Wardhana Mohon Tunggu... profesional -

Seorang penulis lepas, petualang, dan penjelajah

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Menjelajahi Romantisme Medieval Britain (II)

11 Februari 2012   22:05 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:46 8
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagian I ada di sini.

Negeri empat musim yang memiliki negara persemakmuran terbanyak dengan berbahasa pengantar paling populer di dunia. Begitu banyak penemuan dan ketakjuban peradaban modern tercipta di sini. Dengan karakternya yang khas itu, hingga sekarang kerajaan ini masih terlihat elegan dengan aura kebesaran masa lampau yang menyertai di belakangnya.

Memasuki jalan-jalan kecil untuk mengeksplorasi Oxford lebih jauh belumlah lengkap tanpa menelusuri labirin kampus The University of Oxford, yang membuat Oxford begitu fenomenal dan mendunia. The University of Oxford terdiri dari beberapa college. Semua college itu memiliki nama tersendiri dan disiplin ilmu tersendiri, tetapi masih berada di dalam bendera besar perlambang integrasi. The University of Oxford telah memulai kegiatan belajar mengajarnya sejak tahun 1249 M. Secara keseluruhan terdapat 36 College yang bernaung di bawah langit-langit Oxford. Dan semuanya itu memiliki kesamaan bentuk dan struktur bangunan, meski berbeda konsentrasi studi. Memasuki pelataran ruas jalan menuju kampus ini, kita akan hanyut dalam ketakjuban individu yang begitu berkesan.

13289975601769706786
13289975601769706786

Di sini, kampusnya persis terkotak-kotak seperti segi empat dengan papan namanya masing-masing. Bila dilihat dari atas (foto udara) persis seperti suatu rantai melingkar yang tertutup dengan pelataran jalan yang datar. Labirin jalannya bisa menghubungkan satu jalan dengan jalan yang lain Dan lagi sebuah kontradiksi pun terjadi di sini, kemajuan teknologi Inggris mampu menyulap semua mekanisme menjadi serba berbau digital, tetapi ia berpadu dengan karya seni berusia ratusan hingga ribuan tahun yang lampau. Sungguh memberikan kekuatan kharisma yang unik, eksotis, tapi modern. Di Catte street misalnya, ada sebuah bangunan gothic berkubah besar yang menjadi ikon kampus Oxford, yaitu Radclife Camera. Sepintas bangunan itu seperti kubah mesjid di Indonesia yang didirikan pada abad ke-13. Ia begitu anggun berdiri dengan rumput hijau yang menyejukan mata terbentang indah di depannya. Di sana bisa ditemukan koleksi peninggalan antar peradaban, lintas generasi. Tentu ruangan di dalamnya terawat dengan mekanisme kontrol suhu dan kelembaban ruangan yang terkomputerisasi dengan baik.

Tradisi bersepeda merupakan daya tarik kuat yang menjadikan Oxford tampak begitu bersahabat. Tidak terlalu larut dengan kebisingan dan hingar-bingar kendaraan serta polusi bawaannya. Sepintas tampak serasa seperti di Jogja, berselera klasik. Itulah sebabnya banyak pelajar dan mahasiswa senang nongkrong serta menghabiskan jam istirahat di alun-alun kota, di bawah pilar-pilar bangunan yang kokoh, sambil memangku buku bacaan dengan kertas coretan di sebelahnya. Mereka sepertinya tampak begitu menikmati suasana kondusif untuk lingkungan belajar dan berdiskusi, dengan bentangan langit cerah di atasnya yang melintasi celah-celah peradaban yang terselip di kepingan dinding bangunannya, juga sambil mencari inspirasi dari goresan sejarah kesuksesan peradaban manusia di dalamnya. Di sini komposisi mahasiswanya sangat beragam, lintas negara, lintas benua. Oleh karena itu mereka terlihat seperti replika kecil dari penduduk dunia, begitu majemuk, mulai dari bentuk rambut, warna kulit, ukuran rahang, hingga ragam bahasa yang berbaur antara satu dengan yang lainnya. Sistem liberal yang dianut dalam segala peraturan di Inggris memang mengizinkan segala bentuk rupa perbedaan itu mampu beradaptasi dengan baik.

Bersambung ke bagian terakhir.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun