Mohon tunggu...
Fauzan A Mahanani
Fauzan A Mahanani Mohon Tunggu... -

Try not to become a man of success, but rather try to become a man of value Cobalah tidak untuk menjadi seseorang yang sukses, tetapi menjadi seseorang yang bernilai. Albert Einstein

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Guru dan Prestasi Siswa dalam Ujian Nasional (UN)

31 Januari 2010   02:31 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:10 326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Penyakit rendah mutu prestasi belajar sudah lama diidap oleh pendidikan di Indonesia. Ironisnya gejala penyakit ini mulai muncul ketika gencar mengadakan perbaruan pendidikan. Berapa kali sudah berganti kurikulum dan buku pelajaran.

Hitunglah berapa kali penataran guru dilakukan. Berapa banyak sudah guru yang meningkat kualifikasinya: dari SPG ke D1,D2, D3 dan bahkan hingga S 1 dan S2.

Prestasi belajar siswa akan meningkat jika gurunya mendapatkan penataran dan atau kualifikasinya meningkat. Walau begitu yang terjadi hasil ujian nasional (UN) umumnya mengecewakan. Bahkan di sejumlah sekolah ada siswanya yang tidak lulus 100%, pada hal batas kelulusan itu hanya 4.26.

Bukankah angka sebesar itu sesungguhnya masih termasuk kategori berwarna merah?

Apa yang salah?

Sesungguhnyalah tidak sulit menemukan masalahnya. Dengan nalar yang biasa saja kita mampu untuk mengungkapkan faktor penyebab penyakit rendah prestasi belajar.

Di sekolah dan di kelas kita menemukan informasi yang dapat mengungkapkan sebab-musabab jatuhnya pendidikan Indonesia. Di sekolah dan di kelas terekam interaksi antara guru - siswa - bahan ajar dengan lingkungan sekolah dan kelas.

Dukungan terhadap pendidikan (sekolah) juga ibarat kerucut terbalik. Semua proyek dengan dana besar menumpuk di pusat. Sebagian terbesar dosen, guru dan tenaga kependidikan yang bagus menumpuk di pusat.

Hampir semua kebijakan pendidikan pun menumpuk di pusat. Apa yang sampai di sekolah tak lebih ibarat tetesan air yang jatuhnya perlahan dan tidak teratur, serta sulit diramalkan kapan menetesnya. Dengan tetesan kecil dan tidak teratur itu, mana cukup untuk menyiram benih (peserta didik yang baru masuk), apalagi untuk mengairinya (meningkatkan mutu guru dan siswa) secara teratur?

Mengapa?


  1. Buku yang berjudul Teaching Effectiveness and Teacher Development yang diedit oleh Cheng, Mok dan Tsui (2001) mengungkapkan jawabannya. Time On Task (TOT) merupakan kekuatan dahsyat untuk mendongkrak prestasi akademik siswa (PAS). TOT adalah jumlah waktu siswa terlibat aktif dalam pembelajaran. Makin banyak waktu yang betul-betul dipakai oleh siswa dalam proses pembelajaran maka akan meningkat pula prestasi akademiknya. Malangnya penguapan waktu atau pemubaziran waktu dalam sistem pendidikan dan persekolahan di Indonesia diperkirakan sama dahsyatnya dengan penguapan kekayaan rakyat Indonesia. Ini terjadi dalam jumlah yang luar biasa besarnya dan berlangsung sepanjang masa.Penguapan tujuh lapis waktu hampir selalu terjadi di kelas kita yaitu: satu, penguapan lapis pertama terjadi pada jumlah hari kalender sekolah yang ditetapkan secara resmi. Adakalanya sekolah ditutup karena libur tak resmi atau tak terduga, sehingga jumlahnya hari buka sekolah menguap.
  2. Penguapan terjadi pada jumlah hari buka sekolah. Walaupun sekolah buka, belum tentu hari itu terjadi pembelajaran , karena guru rapat, dsb.
  3. Terjadi pada jumlah hari pembelajaran. Walaupun hari itu terjadi pembelajaran di sekolah, belum tentu pada hari itu guru sepenuhnya berada di kelas.
  4. Terjadi jumlah jam pembelajaran. Walaupun pada jam pembelajaran itu guru berada di kelas, belum tentu selama jam itu terjadi interaksi pembelajaran.
  5. Ada jumlah jam interaksi pembelajaran. Walaupun selama jam itu terjadi interaksi pembelajaran, belum tentu selama jam itu terjadi interaksi riil,yaitu yang terkait langsung dengan materi belajar.
  6. Penguapan lapis keenam terjadi lagi pada jumlah jam riil pembelajaran. Walaupun terjadi interaksi yang riil antara guru-siswa, belum tentu semua siswa aktif dalam interaksi tersebut.
  7. Terjadi penguapan pada jumlah jam belajar aktif siswa. Walaupun selama pembelajaran itu tampaknya siswa aktif, belum ada jaminan bahwa semua bahan itu dikuasai oleh siswa secara memadai. Padahal inilah yang menentukan basil belajar.


Penguapan waktu tujuh lapis (PWTL) luar biasa besarnya. Belum lagi jika dihitung berapa besarnya penguapan waktu di rumah,tatkala siswa menonton TV, bermain video game dan lain-lain. Maka jumlah TOT yang tersisa tidaklah seberapa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun