Mohon tunggu...
Fauzan A Mahanani
Fauzan A Mahanani Mohon Tunggu... -

Try not to become a man of success, but rather try to become a man of value Cobalah tidak untuk menjadi seseorang yang sukses, tetapi menjadi seseorang yang bernilai. Albert Einstein

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Perlunya Penanaman Budi Pekerti kepada Anak Sedini Mungkin

27 Mei 2010   08:58 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:55 5728
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kontek tentang budi pekerti ternyata sekarang menjadi perhatiann oleh banyak orang, setelah lama kita tak menyentuh permasalahan budi pekerti, besar harapan orang tua sewaktu akan menyekolahkan anaknya, agar nantinya akan menjadi anak yang tumbuh dan besar menjadi orang yang berbudi pekerti tinggi, kemudian banyak pemerhati yang membuka wacana tentang budi pekerti, tetang bagaimana sebaiknya pedidikan dalam rangka penanaman budi pekerti, apa substansi pokok pendidikan budi pekerti, bagaimana kedudukanya, bagaimana penerapannya dalam proses belajar mengajar dan bagaimana peranan pendidiknya.

Sebenarnya tanggung jawab pendidikan budi pekerti bukan hanya dipihak sekolah saja, akan tetapi yang pertama yaitu keluarga, lingkungan, masyarakat juga harus berperan aktif, ketika sianak memasuki bangku sekolah, peranan pendidik melanjutkan dan mambantu peningkatan apa yang sudah dilakukan orang tua didalam keluarga karena waktu yang terbanyak adalah dilingkungan keluarga, maka pendidikan budi pekerti harus sudah dimulai dari keluarga oleh orang tuanya terlebih dahulu sehingga jika ada persepsi bahwa tanggung jawab penanaman budi pekerti hanya pada sekolah jelas keliru.

Keprihatinan.

Sebenarnya kita berangkat dari sebuah keprihatinan yang sedang terjadi sekarang yaitu jika kita melihat pekembangan ramaja dimasyarakat, kita sangat prihatin, banyak sekali kasus yang seharusnya tidak perlu terjadi seandainya jika budi pekerti sudah tertanam pada mereka sedini mungkin, sebagai contoh ada siswa berani pada guru, pada orang tua, perkelahian antar pelajar bahkan ada yang berani melakukan kejahatan.

Berpijak dari hal tersebut, maka marilah kita coba menyimak masalah budi pekerti menjadi sebuah wacanan yang menarik, yang perlu kita cermati Bersama-sama,

Ada tiga kebijaksanaan yang dikeluarkan olehPemerintah sebagai pedoman Departemen Pendidikan Nasional, yaitu : peningkatan penguasaan ilmu pengetahuan dan taknologi, pendidikan budi pekerti, dan pengambangn baca tulis,

Penanaman budi pekerti sebaiknya dimasukan pada kurikulum, agar nantinya pada siswa tertanam sikap moral, sosial, serta budi pekerti yang tinggi. Bahwa sebenarnya komitmen bangsa kita terhadap pendidikan budi pekerti cukup kuat, sepanjang sejarah budi pekerti selalu menjadi bagian dari proses pendidikan di sekolah.

Dalam aplikasi pendidikan budi pekerti, pemerintah tidak menjadi pendidikan budi pekerti menjadi salah satu mata pelajaran tetapi mengintegrasikannya ke dalam mata pelajaran yang telah diajarkan disekolah, hal ini untuk mengindari penekanan yang berlebihan pada aspek kognitif.

Budi pekerti merupakan masalah yang pelik, bahkan sering dianggap sebagai sesuatu yang absrak karena konsep budi pekerti balum terungkap secara operasional.

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, budi pekerti adalah tingkah laku, perangai akhlak ataupun watak. Sikap dan tingkah laku sesorang tercermin dalam kegiatan hidup kesehariannya seperti tampak dalam hubungan dengan Tuhan, hubungan dengan diri sendiri, hubungan dengan keluarga, hubungan dengan masyarakat, hubungan dengan alam sekitar.

Dalam buku Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur (Balai Pustaka., 1997) terdapat 56 sikap budi pekerti luhur yaitu : bekerja keras, berani memikul resiko, berdisiplin, beriman, berhati lembut, berinisiatif, berpikir matang, berpikir jauh kedepan, bersahaja, bersemangat, bersikap konstruktif, bersyukur, bertanggung jawab, bertenggang rasa, bijaksana, cerdik, cermat, dinamis, efisien, gigih, hemat, jujur, berkemauan keras, kreatif, kukuh hati, lugas, mandiri, mawas diri, menghargai karya orang lain, menghargai kesehatan, menghargai waktu, pemaaf, pemurah, pengabdian, pengendalian diri, produktif, rajin, ramah tamah, rasa kasih sayang, rasa percaya diri, rela berkorban, rendah hati, sabar, setia, tekun, tepat janji, terbuka, dan ulet.

Menurut Edi Sedyawati (1997), sikap dan perilaku budi pekerti mengandung lima jangkauan, yaitu :


  1. Sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan Tuhan, yaitu setiap manusia Indonesia harus kenal, ingat, berdo’a dan bertawakal kepada Tuhannya, dalam rangka pembentukan budi pekerti yang didasarkan pada keagamaan.
  2. Sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan diri sendiri, yaitu setiap manusia Indonesia harus mempunyai jatidiri, agar seseorang akan mampu menghargai dirinya sendiri karena mempunyai konsep diri yang positip.
  3. Sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan keluarga, yaitu seseorang tidak mungkin hidup tanpa lingkungan social yang terdekat yang mendukung perkembangannya, yaitu keluarga. Untuk itu perlu suatupenyesuaian diri diantara nilai yang diyakini dengan nilai yang berlaku dalam keluarga.
  4. Sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan masyarakat dan bangsa, yaitu sikap dan perilaku ini merupakan sikap penyesuaian diri yang diperlukan terhadap lingkungan yang lebih luas, tempat ia dapat lebih mengekspresikan dirinya secara lebih luas setelah ia dewasa.
  5. Sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan alam sekitar, yaitu seseorang tidak bertahan hidup tanpa adanya dukungan lingkungan yang sesuai, serasi dan tepat seperti yang dibutuhkannya. Untuk itulah terdapat aturan-aturan yang harus dipatuhi demi menjaga kelestarian dan keserasian antara hubungan manusia dan alam sekitar.

Demikian betapa idealnya tata/norma tersebut apabila dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, terutama pada anak didik kita dan betapa mulianya perilaku yang demikian tadi, akan tetapi untuk mewujudkan semua itu tidaklah mudah, banyak hal yang harus kita perhatikan mulai bagaimana proses pendidikan dirumah/dilingkungan keluarga yaitu orang tua, masyarakat yaitu anggota masyarakat dilingkungan tepat pergaulan sehari-hari, dan sekolah yaitu guru dan taman-teman sepermainanya.

Keteladanan guru di Sekolah.

Sekolah memiliki potensi paling besar dalam rangka mendidik anak-anak, berdasarkan tugas sekolah membina bakat intelaktual, mengembangkan kemampuan menilai dengan tepat, mengembangkan kepekaan terhadap nilai-nilai, mempersiapkan kehidupan profesi, memupuk bakat dan minat anak. Maka sebaiknya pendidikan budi pekerti terintegrasikan dalam prose pembelajaran tententu atau pada mata pejaran tersendiri, kedua-duanya ada untung ruginya.

Disekolah secara moral guru punya tanggung jawab dalam menanamkan nilai-nilai dan bentuk sikap yang baik kepada siswa, disini guru harus mempunyai kredibilitas yang tinggi dimata siswa, karena makin tinggi pengaruh seorang guru dapat dipercaya oleh siswa yang dibinanya, guru harus memahami profil guru yang dianggap baik oleh siswa, oleh karena itu guru harus dapat menjadi contoh, bersikap dan bertindak benar dalam hidup sesuai dengan asas : ing ngarso sung tulodho, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani, dalam menanamkan sikap-sikap positif kemasyarakat sekolah membutuhkan cara kreatif, cara yang berbeda dengan pengjaran formal hal itu perlu disadari oleh setiap guru, bagaimana mempengaruhi dan menumbuhkan nilai-nilai sehingga terbentuk sikap-sikap yang baik pada diri siswa.

Dalam menanamkan budi pekerti, guru harus mampu menciptakan suasana baik untuk pertumbuhan sika-sikap positif sehingga mampu mempengaruhi masyarakat disekolah, nilai-nilai dan sikap yang tumbuh dan berkembang dilingkungan sekolah merupakan akibat dari keterserapan nilai-nilai hidup yang terpancar dari guru yang dapat menciptakan lingkungan yang bersifat kondusif,unsur lingkungan sosial yang berpengaruh dan sangat penting adalah unsur manusia yang langsung dikenal dan dihadapi seseorang sebagai perwujudan nilai-nilai tertentu. Jadi bila seorang guru mau menanamkan nilai-nilai dan sikap-sikap hidup positif pada masyarakat sekolah, ia harus hadir sebagai perwujudan nilai-nilai positif itu.

Seorang guru harus hadir di tengah-tengah masyarakat sekolah sebagai personifikasi nilai-nilai, ia perlu selalu mendidik diri sendiri , Proses mendidik diri sendiri harus berlangsung terus-menerus sebagai proses yang panjang. Tugas utama mengajar siswa dikelas, tetapi didalam kelas dan diluar kelas guru tetap sebagai pendidik.

Pengaruh guru terhadap siswa dalam nenanamkan nilai-nilai sehingga terbentuk sikap-sikap positif pada diri siswa cukup besar, hal itu bisa terjadi bila guru hadir di tengah-tengah siswa sebagai personifikasi nilai-nilai hidup yang ditanamkan, kepercayaan guru oleh siswa harus sungguh besar, bila kredibilitas anutan dengan baik dihati para siswa, kehadirannya akan diterima secara penuh, keteladanan dalam mewujudkan nilai-nilai hidup akan dilihat dan ditiru oleh para siswa., dengan keteladanan yang diterima para siswa, mereka akan termotivasi, akan tergerak dan terdorong mengikuti jejak guru dalam mewujudkan nilai-nilai yang benar dalam kehidupan.

Selain hal tersebut diatas sebaiknya siswa diberikan kesempatan untuk mengembangkan dirinya disekolah melalui berbagai kegiatan peserti Olah Raga, seni, Pramuka, Palang Merah Remaja, Kegiatan Kerokhanian, karena melaui kegiatan tersebut nilai-nilai budi pekerti dapat kita sisipkan secara tahap demi tahap, dalam suasana yang menyenangkan sehingga segala emosi akan tercurahkan pada kegiatan yang positip,

Peran orang tua.

Pendidikan budi pekerti juga menjadi tanggung jawab orang tua dirumah, karena waktu dirumah adalah yang paling banyak, sehingga jelas orang tua dalam pergaulaanya dengan anaknya waktunya lebih banyak, seorang anak mulai dari masih bayi sudah dididik, yang pertama oleh seorang ibu dengan kasih sayangnya mengasuh memberikan berbagai simbul-sibul kehidupan pada sianak, setelah mulai besar diajari tentang perilaku kehidupan,kemudian saat sudah mulai dewasa ditanamkan norma-norma kehidupan di masyarakat. Dalam menanamkan budi pekerti orang tuaharus memberikan suri tauladan pada anak-anaknya, karena dengan melihat perilaku orang tua dalam kehidupan sehari-hari anak secara tidak langsung akan melihat dan menirunya.

Tahapan Pendidikan Budi Pekerti.


  1. Pada masa anak-anak yaitu dengan membiasakan betingkah laku serta berbuat menurut peraturan atau kebiasaan yang umum. Jadi pada masa anak-anak mulai di dalam keluarga dan di Taman Kanak-Kanak dilatih membiasakan perilaku-perilaku yang baik, mulai dari hal yang sederhana sampai yang sulit, dilakukan secara berulang-ulang sampai menjadi kebiasaan. Misalnya : Bangun pagi, makan bersama, mandi dua kali sehari, berpaikan rapi dan bersih, memcuci tangan setiap akan makan, berdo’a setiap akan melakukan kegiatan, berpamitan/meminta izin setiap kali akan berpergian, dll.
  2. Pada usia beranjak dewasa yaitu mulai diberi pengertian tentang tingkah laku kebaikan dan menghindari keburukan dalam kehidupan sehari-hari, dan ditanamkanya sikap mau menginsafi dan menyadari jika melakukan kesalahan dan mau memaafkan bila ada pihak yang salah meminta maaf, ditanamkan sikap tentang sopan santun, kesusilaan, ungah-ungguh, untuk menanamkan hal tersebut dapat melalui kegiatan Kepemudaan, Pramuka, OSIS, kelompok Pencinta Alam, Kegiatan Palang Merah Ramaja, Olah Raga, Ikatan Ramaja Masjid, dll.
  3. Pada usia dewasa yaitu mulai ditanamkan norma-norma kehidupan beragama, berbangsa, bemayaraskat, mengerti dan memahami norma etika, hukum, kesusilaan, kebudayaan, adat istiadat. Dalam penanaman budi pekerti disini harus meliputi teori dan praktek “Ngerti, Ngrasa, Nglakoni” artinya bahwa dalam melaksanankan pendidikan budi pekerti haruslah tertanam pengertian yang betul betul dipahami, dan merasa sebagai suatu kebutuhan, kemudian melaksanakannya.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan Budi Pekerti Luhur sangat penting, olah karena itu harus ditanamkan sejak mulai dari dalam kehidupan dilingkungan Rumah terutama orang tua yang paling banyak berperan menuntun terhadap tata nilai kehidupan yang baik pada anak-anaknya, Sekolah yaitu guru sebagai pendidik hendaknya dapat memberikan bimbingan kearah yang baik pada anak didiknya, di masyarakat hendaknya terciptanya pergaulan yang baik yaitu berkembangnya rasa tenggang rasa, saling menghormati/menghargai, dan patuh pada norma-norma yang berlaku. Sehingga akan tercipa masyarakat yang berbudi pekerti luhur.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun