(sebelumnya: http://www.kompasiana.com/faunyhidayat/pameran-wajah-rano-segede-gambreng-1-bersambung_563c32ba6023bd9e05824764)
Ada yang agak “miss” dalam proses komunikasi politik antara pejabat dengan rakyatnya selama ini. Ada “gap” yang tak terjembatani dengan baik antara apa pesan sesungguhnya yang ingin disampaikan dengan kenyataan faktual yang telah dilakukan selama ini. Ada keinginan “pesan sukses” yang disampaikan, dengan simplifikasi norak tingkat dewa: berusaha mencitrakan diri sebagai pejabat yang telah berhasil melakukan sesuatu, padahal tak pernah jelas benar apanya yang sukses dan benarkah masyarakat merasakan sukses itu senyata-nyatanya.
Lagi, secara politis, ini memang persoalan persepsi yang hidup dan berkembang di masyarakat sendiri. Bisa saja dari satu sisi, si pejabat bersangkutan dipersepsikan sukses membangun wilayahnya, meski dari indikator normatif sukses pembangunan di wilayah itu tak ada yang tercapai sama sekali. Sebaliknya, juga mungkin terjadi: si pejabat bersangkutan dipersepsikan gagal membangun wilayahnya meski indikator keberhasilannya jelas.
Di area “persepsi” inilah yang berusaha dimainkan para pejabat untuk membangun citra positif terhadap kekuasaannya. Ada usaha yang keras dan sungguh-sungguh untuk membangun persepsi di masyarakat bahwa saya telah sukses membangun wilayah ini dengan ukuran sukses ini…ini…dan ini. Dan untuk menghidupkan persepsi positif itu, wajah dan nama, dengan pesan mencolok, jadi penting dipejeng di jalan-jalan utama sentero wilayah. Tak perlu memperdebatkan halal-haramnya, seperti juga tak perlu kita mempersoalkan itu menggunakan dana negara dengan benar atau tidak; karena pesan sudah disampaikan, dan dengan menyampaikan pesan itu kerjaan si pejabat telah selesai pula.
Untuk masyarakat yang penting sebenarnya adalah apakah si pejabat bersangkutan benar-benar memperhatikan dan perduli dengan kepentingan umum masyarakat itu sendiri atau masalah faktual yang dihadapi dalam kehidupan keseharian masyarakat itu sendiri. Ukuran “perhatian” dan “perduli” itu bagi masyarakat awam juga simpel: sejauhmana si pejabat dianggap dekat, betul-betul perduli, dengan masyarakat. Misal, sangat tanggap dengan problem yang muncul. Datang dan menyelesaikannya segera.
Bagi saya kalau Rano mau dianggap sukses, ya harus ada program kerjanya yang benar-benar sukses di Banten. Sekarang, ada enggak? Syukurlah kalau ada. Dan baliho besar-besar segede gambreng itu layak dipasang. Klo enggak? Mudah-mudahan urang Banten yang sempat membaca tulisan ini bisa membantu saya menginformasikannya. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H