Mohon tunggu...
fauny hidayat
fauny hidayat Mohon Tunggu... wiraswasta -

swasta, independen, tak punya afiliasi ke partai politik manapun

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pameran Wajah Rano Segede Gambreng (1, Bersambung)

6 November 2015   11:55 Diperbarui: 6 November 2015   12:30 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Buat saya pribadi, wajah tampan Gubernur Banten H Rano Karno yang menghiasi setiap baliho besar dan menonjol hampir merata terpasang di jalan-jalan protokol di beberapa pusat kota dan jalan-jalan utama di Banten sungguh menarik untuk diamati. Bukan hal baru, karena “kelakuan” yang sama juga biasa dan selalu dilakukan oleh gubernur sebelumnya.

Jualan wajah, baik berseragam ataupun dengan berbagai gaya lain, terpampang menonjol, tentu punya tujuan politis yang tidak main-main. Minimal berusaha menyampaikan pesan: “ini aku, ini wajahku, dan hei rakyat Banten, jangan lupakan wajah ini, karena aku akan dan telah melakukan sesuatu untuk kejayaan Banten”.

Wajah dan nama itu diselipkan di tengah-tengah pesan formal: ucapan selamat, sosialisasi kebijakan seperti bayar pajak, atau ajakan lain untuk sukseskan pembangunan di Banten. Menariknya pula bukan hanya “si doel tukang gubernur” yang melakukannya, tapi juga pejabat setingkat walikota atau bupati di wilayah masing-masing di Banten punya kecendrungan yang sama untuk melakukan pameran wajah, nama dan pesan tersebut ke masyarakat.

Seakan-akan, aksi itu sebagai salah satu bentuk penyelesaian masalah dan pekerjaan sebagai pejabat: selesai dengan memampang nama dan jabatan, lalu menyampaikan pesan untuk bersama-sama membangun Banten.

Point dari aktifitas ini tentu berharap ada efek elektoral. Kedipilihan. Untuk Rano ya agar dipilih kembali di Pilkada Banten nanti. Untuk pejabat lain, juga sama. Tentu, untuk bisa dipilih (kembali) harus memampang wajah dan nama, bersosialisasi, agar dikenal dan disuka rakyat Banten.

Dan tak ada yang salah dengan itu. Namanya juga politik, dan mereka adalah pejabat incumbent yang saat ini masih berpeluang untuk menduduki kembali jabatan kedua kalinya. Fasilitas “kedinasan” itu tentu halal belaka digunakan, karena tak ada larangan atau peraturan yang menyatakan itu tidak boleh dilakukan.

Buat saya sebenarnya masalah yang lebih esensial: komunikasi macam apa yang mau dibangun pak gubernur itu dengan rakyatnya sebagai pemilih potensial dikemudian hari? Apa sebenarnya point yang mau disampaikan dengan memampang wajah dan nama macam begitu, dengan pesan-pesan pembangunan Banten yang normatif pula? Emang susah ya berkomunikasi dengan rakyat, tanpa memejeng wajah dan nama? (bersambung)

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun