Mahasiswa mempunyai tugas besar yang harus diembannya, yaitu ikut andil dalam mencerdaskan masyarakat. - Wahyono, Ketua Bawaslu Kota Solo
Mahasiswa merupakan sekelompok siswa yang tingkatannya lebih tinggi dikarenakan mahasiswa berperan penting dalam perubahan di masyarakat. Berbeda dengan siswa, mahasiswa dituntut untuk lebih aktif di dalam ruang pembelajaran untuk menginterpretasikan apa yang diketahuinya melalui opini yang di sampaikan. Sesuai dengan julukan mahasiswa sebagai agent of changes, sepatutnya mahasiswa mampu memberi perubahan untuk sekitarnya. Dalam suatu perubahan yang dibawa oleh mahasiswa, budaya literasi tidak pernah lepas darinya.Â
Budaya literasi sangatlah penting diterapkan dalam lingkup pendidikan terutama lingkup kampus yang pemikirannya sudah masuk dalam taraf kematangan. Dalam KBBI, literasi merupakan kemampuan menulis dan membaca. Kemampuan tersebut harus diasah sejak dini. Namun melihat perkembangan teknologi yang pesat, membuat mahasiswa sekarang menjadi tersisihkan oleh suatu bacaan maupun tulisan. Mereka menganggap budaya literasi merupakan budaya kuno atau yang mereka sebut dengan jadul.
Tingkat literasi pada suatu negara berpengaruh penting dalam wawasan suatu masyarakat di negara tersebut dan berpengaruh untuk membangun kualitas suatu bangsa. Kualitas suatu bangsa ditentukan oleh kecerdasan dan pengetahuannya, sedangkan kecerdasan dan pengetahuan dihasilkan oleh seberapa ilmu pengetahuan yang didapat, sedangkan ilmu pengetahuan didapat dari informasi yang diperoleh dari lisan maupun tulisan.Â
Indonesia termasuk dalam negara yang tingkatan literasinya rendah, itu terbukti bahwa generasi sekarang lebih menyukai menonton televisi atau gadget daripada membaca buku. Berdasarkan sensus Badan Pusat Statistik (BPS) di 2006 menunjukkan 85,9 persen masyarakat memilih menonton televisi daripada mendengarkan radio (40,3 persen) dan membaca koran (23,5 persen). Dalam lingkup kampus, mahasiswa harus mempunyai kemampuan berliterasi.Â
Tanpa budaya literasi yang tidak ditumbuhkan dalam diri serasa sop tanpa bumbu. Karena dengan literasi kita bisa mendapatkan pengetahuan lebih. Seperti pepatah tanpa pengetahuan hidup serasa mati, tak tahu arah tujuan. Dengan adanya budaya literasi, mahasiswa mampu mengasah daya kritis akan suatu masalah yang timbul di lingkungan sekitar.
Banyak berbagai faktor yang mempengaruhi rendahnya budaya literasi di kalangan remaja, baik dibangku kuliah maupun bangku sekolah konvensional. Kebiasaan membaca dan menulis menjadi faktor utama kenapa budaya literasi tidak diminati oleh generasi z. Dr. Roger Farr (1984) menyebutkan bahwa "reading is the heart of education". Seharusnya para orang tua mampu  membina dan  mendidik anak-anaknya untuk terbiasa akan sebuah bacaan maupun tulisan, agar nantinya mereka tidak buta pengetahuan. Sebab dengan membaca kita dapat membuka jendela dunia, membuka pengetahuan seluas-luasnya untuk menuju suatu masa depan yang cerah.
Membaca merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan pengetahuan baru. Dengan kegiatan membaca kita dapat mengasah susunan paragraf yang benar, menggunaan diksi kata yang sesuai dengan EBI dan membiasakan diri dengan budaya literasi. Pembiasaan yang terus diasah akan membuahkan hasil nantinya, dengan adanya pembelajaran tentang literasi kita dapat mengetahui bagaimana menyusun kalimat yang benar dan sinkron.Â
Literasi bagi mahasiswa bermanfaat untuk penyusunan tugas akhir baik skripsi, tesis, maupun disertasi. Tanpa kita membiasakan berliterasi kita akan kesulitan dalam penyusunan tugas akhir tersebut dan akan membutuhkan seorang pendamping. Maka dari itu budaya literasi dalam ranah mahasiswa sangat berperan penting dalam kelangsungan hidup mahasiswa dalam menempuh pendidikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H