Mohon tunggu...
faujiah mansyur
faujiah mansyur Mohon Tunggu... -

saya lahir di dompu NTB yg merupakan anak ke 2 dari 4 bersaudara

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pena yang Tertunda

19 Maret 2015   08:21 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:26 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Pendidikan merupakan salah satu masalah yang dihadapi oleh bangsa Indonesia, khususnya di provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Mutu pendidikan di NTB sangat memperhatikan, banyak anak-anak yang tak bersekolah yang disebabkan oleh berbagai factor diantaranya adalah ekonomi keluarga yang lemah, kurangnya pengetahuan orangtua akan pentingnya pendidikan sertaminat dan motivasi belajar yang rendah. Ekonomi keluarga memberikan pengaruh pada pendidikan anak, walaupun dalam hal ini tidak memberikan dampak yang besar. Peran orangtua sangat dibutuhkan dalam pendidikan karena lingkungan pertama yang dikenal oleh seorang anak adalah lingkungan keluarga selain itu minat dan motivasi belajar yang tinggi memberikan kontribusi yang berarti bagi anak, hal ini dipengaruhi oleh lingkungan tempat tinggal dan teman sedangkan minat dan motivasi belajar yang rendah akan memberikan dampak yang negative terhadap pendidikan anak.

Drs. Mansyur, usia 53 Tahun adalah seorang guru yang mengajar di SMPN 3 Dompu. Pada Tahun 70-an dia sudah tamat SD dan ingin melanjutkan pendidikan pada sekolah menengah pertama atau sederajatnya tetapi apa mau dikata kemauan yang tinggi untuk sekolah harus sejak terhenti karena berbagai factor yang tak diinginkan.

Putus sekolah merupakan momok yang paling menakutkan ketika itu, tapi hal ini harus dialami oleh Mansyur karena bapaknya meninggal dunia sehingga ekonominya semakin melemah dan terpaksa dia harusmenundah pendidikannya karena tidak mempunyai biaya yang cukup untuk melanjutkan pendidikan, walaupun demikian Mansyur memiliki minat serta motivasi yang tinggi untuk bersekolah.

Untuk mendapatkan uang demi melanjutkan pendidikan, setiap hari ia harus menggarap sawah bersama ibu dan saudara-saudarahnya dan menanam ubi di tanah peninggalan bapaknya setelah mendapatkan hasil yang dari menanam ubi tersebut ia gunakan untuk menabung.

Setahun kemudian, setelah uangnya terkumpul Mansyur melanjutkan pendidikan ke sekolah PGRI dan sekarang namanya diganti dengan SMPN 3 Woja, maklumlah pada saat itu anak-anak masih bisa melanjutkan pendidikan walaupun sudah tertunda pendidikannya. Setiap harinya selama 3 Tahun sehabis pulang sekolah Mansyur pergi ke sawah untuk membantu ibunya.

Jarak yang harus ditempuh oleh Mansyur setiap harinya adalah kurang lebih10 kmdengan berjalan kaki dari rumah menuju ke sekolah, tak jarang jalan yang dilewati adalah jalan setapak yang berlubang dan becek ketika musim hujan datang dan terpaksa ia harus melepas sepatu yang dikenakanya karena kalau tidak sepatunya akan cepat rusak. Mansyur harus menempuh perjalanan sekitar sekitar 3 jam lamanya untuk mencapai sekolah.

Setelah menamatkan diri dari sekolah tersebut ia melanjutkan pendidikan ketingkat yang lebih atas dan ia melanjutkan pendidikan ke SMA Negeri 1 Dompu dan mengambil jurusan Bahasa Dan Sastra Indonesia. Tapi sekarang ia tidak lagi tinggal bersama ibunya melainkania tinggal di rumah saudara tertuanya yang sudah menikah, tepatnya di Raba laju.Tiap harinya selepas pulang sekolah ia melakukan aktivitas yang disuruh oleh sang kakak dan malam harinya ia gunakan waktunya untuk belajar.

Tiga tahun telah berlalu, ia menyampaikan keinginannya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi lagi, keinginannya untuk melanjutkan pendidikan mendapatkan respon yang baik dari sang ibu. Mansyur melanjutkan pendidikan ke salah satu universitas swasta yang ada di Mataram tepatnya universitas Muhammadiyah Mataram serta mengambil program studi pendidikan bahasa dan sastra Indonesia.

Pada tahun 1980-an mahasiswa di universitas Muhammadiyah Mataram selain harus mengikuti ujian akhir semester dan juga mengikuti uji negara serta membayar mata kuliah uji negara tersebut. Mansyur setiap kali akan melakukan uji negara ia tidak pernah mengikuti selama 8 semester karena tidak memiiki uang untuk membayarnya, tetapi di universitas ini memberikan sedikit “kebebasan” kepada mahasiswanya untuk mengikuti ujian negara kepada mahasiswa yang belum pernah mengikutinya.

Hari demi hari, minggu demi minggu dan bulan demi bulan telah berlalu ia mulai menyusun tugas akhirnya untuk mendapatkan gelar sarjan yaitu skripsi. Karena ia sudah memiliki uang dan ia pun belum pernah mengikuti uji negara maka ia diharuskan membayar satu mata kuliah uji negara yaitu sebesar Rp. 20.000 baru bisa mengikuti uji negara tersebut, ia hanya memiliki uang sebesar Rp. 220.000 jadi jelas ia hanya bisa mengambil 11 mata kuliah saja, karena mengambil 11 mata kuliah banyak cemohan dari teman-teman kos seperti “berani sekali kamu mengambil 11 mata kuliah untuk uji negara,kami yakin kamu hanya membuang-buang uang mu saja” disebabkan karena keberaniannya, maklum saja waktu itu banyak mahasiswa yang mengambil 2 mata kuliah uji negara tetapi jarang yang diantara mereka yang lulus semua M.K tersebut.Tetapi dengan semangat dan kemauan yang kuat hingga akhirnya ia mampu lulus 10 mata kuliah dari uji negara tersebut dan 1 mata kuliah yang belum lulus serta 2 mata kuliah yang belum pernah diambil, ia pun meminjam uang teman kosnya untuk membayar mata kuliah tersebut lalu mengikuti ujian untuk 3 mata kuliah tersebut dan ujian skripsi dan semua ujianya lulus. Beberapa minggu setelah itu ia pun di wisuda sebagai seorang sarjana pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun