“jadi, kesimpulannya adalah sebagai warga negara yang baik, kita harus memiliki sikap patriotisme untuk menciptakan kesejahteraan kita bersama”.
“selamat siang semuanya”.
Serentak mahasiswa dan mahasiswi berhamburan berebut keluar kelas, hampir sama dengan anak-anak SD yang berebut keluar saat pulang sekolah.
Ya, dosen mata kuliah Pendidikan ilmu sosial telah selesai menyampaikan materinya yang hanya memakan waktu 30 menit.
Entah apakah karna sang dosen ini tidak betah berada didalam kelas yang diisi 62 mahasiswa, ataukah 30 menit adalah waktu yang cukup lama baginya, tapi yang pasti semua mahasiswa menikmatinya.
Tak lebih dari satu menit, kelas sudah kosong, yang tertinggal hanya bangku-bangku berantakan dan papan tulis yang berisi tulisan “patriotisme”.
Hari ini hari sabtu, kukeluarkan hape dikantongku menunjukkan jam 11 : 12 WIB, beberapa jam lagi disebut malam minggu.
Aku sudah memiliki rencana yang kuatur untuk menikmati malam minggu yang panjang.
segera kuhidupkan motor bebekku, perlahan mulai kutinggalkan lingkungan kampus yang lebih mirip seperti showroom motor.
Motor kupacu cukup santai, cuma sekitar 40 km/ jam, itupun juga sambil menikmati pemandangan toko-toko dikiri kanan bahu jalan.
Sekitar 15 menit dijalan, sampai juga ditempat tujuan utamaku, swalayan langganan dekat rumah, segera kucari tempat memarkir motor yang strategis biar motor aman, engga dicuri orang.hehehe
Segera kulepas tas ransel hitamku merk eiger, lalu menitipkannya pada penjaga swalayan, wajahnya sedikit mirip miyabi ( tahu kan ? ).
Segera kutuju lorong tempat snack ( makanan ringan ), sekitar lima menit mondar mandir disana, akhirnya kuputuskan untuk memilih kacang-kacangan dan keripik sebagai pemenangnya.
Lalu menuju ke lorong sebelahnya, bagian obat-obatan, celingak celinguk sebentar dilorong ini, liat kiri kanan depan belakang, lalu terus jalan...
Sreet...!!! pada bagian depan rak, ada kotak kecil berwarna warni, ada juga warna merah,
kulirik sebentar ke kotak-kotak kecil ini, lalu muncul opini dipikiranku.....
“( sapa juga yang berani beli kondom di swalayan yang kasirnya cewek cakep ??? )”
Segera kutuju meja kasir, lalu meletakkan kacang dan keripik, lalu membayar seharga 17 ribu rupiah.
Kutenteng kresek hitam berisi snack, lalu kuambil tas yang tadi kutitip, ke parkiran, dan pulang. Snack yang kubeli adalah buat bekal menemaniku berinternet ria malam mingguan yang kelabu.hehehehe
Tak ada cerita kondom, tak ada mojok-mojokkan, tak ada dosa-dosaan.hahahaha
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H