“ia sudah pergi” desahnya, kemudian memalingkan mukanya yang masih tampak pucat, menatap langit dengan tatapan kosong
Aku terdiam, tak mampu mengucap. Ingin kuraih tangannya, menguatkan nya…tapi sungguh bahkan aku sendiri tidak berdaya. Sesuatu yang menjanggal di tenggorokan seakan terus mendesak untuk dikeluarkan. Rasanya dadaku semalin sesak menahannya.
Sisulung didepanku tampak tercenung, sifat nya yang begitu tampak tak perduli tentang segala hal, hari ini tampak berbeda, raut muka yang selalu ceria dan penuh senyum kenakalan dan emosi yang meledak-ledak tak tampak hari ini.
“kira-kira adek perempuan ato laki-laki ya nte, sepertinya laki-laki deh..”
Aku menoleh pada sibungsu yang sedang asyik memandangi dengan tangan yang tak henti meraba dan mengelus-elus foto hasil USG yang sudah tampak semakin buram olehku.
“adeknya yang mana nte, ko’ gak kelihatan???” lirih ia melanjutkan ucapannya. Ada getar-getar tertahan di balik suaranya.
Aku meraih buku hasil diagnose yang sedari tadi di pegangnya, memandangi foto dan kemudian menutupnya.
Yah… mengapa ia pergi???
Tidak inginkah berada ditengah-tengah kami???
Dunia begitu kotorkah??? Hingga ia tidak ingin menempatinya????
“sudahla sayang, di ikhlaskan saja…. Mungkin adek lebih senang berada di dekat TUHAN..
TUHAN pasti sangat menyayangi adekmu”
Ia mengangguk lemah..matanya tampak berkaca-kaca ..
”Dea juga sayang adek nte… tp, TUHAN pasti jaga adek dengan baik ya nte…”
Aku mengangguk setuju, mengacak rambutnya dan bangkit dari duduk. Aku tak sanggup berlama-lama lagi, kurasakan butiran hangat mulai mengalir dipipiku. Yah.. tentu saja aku kehilangan, kami kehilangan….
Malaikat kecil….
ingatlah..kami menyayangi mu,
kami mengaharapkan mu…
bahkan ketika kau masih didalam rahim Ibumu..
Pergilah sayang…
kami IKHLAS…
28 Februari 2012..
rest in peace sweety, we always want you ...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H