Seringkali dalam setiap pemilihan umum kita tertuju pada kelompok yang paling vokal dan terlihat, tetapi di balik sorotan tersebut, ada kelompok besar yang jarang terdengar yang biasa disebut dengan "Silent Majority". Kelompok silent majority, mewakili sebagian besar populasi, mereka cenderung tidak secara aktif atau terbuka mengungkapkan pendapat dikarenakan mereka seringkali merasa tidak nyaman atau takut untuk mengungkapkan pendapat politik mereka. Para Silent Majority yang diam sering kali merasakan tekanan, baik dari dalam maupun dari luar. Di dalam, mereka mungkin mengalami dilema antara keinginan untuk mengemukakan pendapat mereka dan kekhawatiran akan stigma atau akibat sosial yang mungkin terjadi. Di sisi lain, mereka juga mungkin merasakan tekanan dari luar berupa tekanan sosial dan politik yang berasal dari kelompok-kelompok yang lebih vokal atau pemerintah. Dalam konteks ini, penting untuk memahami dampak kesehatan mental yang mungkin dialami oleh anggota silent majority dalam proses politik.
Pengalaman menjadi bagian dari "silent majority" dalam proses politik dapat menjadi beban tersendiri bagi kesehatan mental seseorang. Ketidaknyamanan, kekhawatiran akan stigma, dan tekanan sosial dapat menjadi pemicu stres, kecemasan, bahkan depresi bagi individu yang merasa tidak nyaman untuk bersuara. Mereka mungkin merasa terisolasi atau tidak diakui dalam lingkungan politik yang terfokus pada pertarungan antara kelompok-kelompok vokal. Ketidakpastian politik dan ketegangan sosial yang tinggi dapat menyebabkan kecemasan dan stres pada anggota silent majority. Mereka mungkin merasa cemas tentang masa depan politik negara mereka dan khawatir tentang konsekuensi dari hasil pemilihan umum.Â
Ketidakpastian ini dapat mengganggu kesejahteraan mental dan menyebabkan gejala seperti insomnia atau kegelisahan kronis. Stigma sosial terhadap pendapat politik atau sikap diam dapat membuat anggota silent majority merasa terisolasi atau tidak diakui dalam masyarakat. Mereka mungkin merasa bahwa pandangan mereka diabaikan atau dianggap tidak penting oleh kelompok-kelompok yang lebih vokal. Perasaan ini dapat memperburuk isolasi sosial dan meningkatkan risiko gangguan kesehatan mental seperti depresi atau kecemasan.Â
Strategi Mengelola Dampak: Meskipun tantangan yang dihadapi anggota silent majority dalam hal kesehatan mental seringkali kompleks, ada beberapa strategi yang dapat membantu mengelola dampaknya:
1. Membangun Dukungan Sosial: Menjalin hubungan yang kuat dengan orang-orang yang dapat dipercaya dan memahami pengalaman politik anda dapat membantu mengurangi perasaan isolasi dan meningkatkan kesejahteraan mental anda.
2. Praktik Self-Care: Menyisihkan waktu untuk merawat diri sendiri adalah krusial. Ini bisa berupa olahraga, meditasi, atau aktivitas lain yang dapat membantu menurunkan tingkat stres dan kecemasan.
3. Pembatasan Paparan Politik: Terlalu banyak terpapar oleh konten politik yang memicu stres dapat memperburuk kesehatan mental. Menetapkan batasan pada seberapa sering dan berapa lama anda terlibat dalam diskusi politik dapat membantu menjaga keseimbangan emosional anda.
4. Pendidikan Politik dan Kesadaran Diri: Memahami dan meningkatkan kesadaran diri tentang sikap politik anda, serta memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang proses politik secara keseluruhan, dapat membantu mengurangi ketidakpastian dan kecemasan yang mungkin timbul.
5. Berhati-Hatilah dengan Asupan Media: Di tengah perkembangan politik, sulit untuk menjauhi berita dan media sosial. Faktanya, orang-orang yang memiliki pengetahuan yang lebih banyak tentang politik cenderung tidak mengalami dampak negatif terhadap kesehatan mental terkait politik. Namun, terus-menerus terpapar berita yang mengganggu dapat melelahkan dan melemahkan semangat. Membatasi paparan media dapat membantu mengurangi dampak politik terhadap kesehatan mental.
6. Manfaatkan Jaringan Dukungan Anda: Hubungan sosial yang kuat dapat menjadi sumber kekuatan dan stabilitas saat menghadapi dampak politik terhadap kesehatan mental. Memanfaatkan hubungan ini untuk saling mendukung dapat membantu Anda menemukan jalan keluar.
7. Pembangunan Resiliensi: Membangun kemampuan untuk mengatasi tekanan dan ketidakpastian dapat membantu Anda menghadapi tantangan politik dengan lebih baik. Ini bisa melalui praktik meditasi, olahraga, atau terapi.Â