Mohon tunggu...
Fatur Rafael Mobaydius
Fatur Rafael Mobaydius Mohon Tunggu... profesional -

Fatur hanyalah hamba Tuhan yang ingin bisa memberi manfaat pada sesama..

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Sujud Sebagai Benteng dari Kepongahan Diri

9 November 2012   23:04 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:41 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seorang muslim yang baik setidaknya melakukan sujud tigapuluh empat kali dalam sehari semalamnya, belum lagi jika di tambah dengan sujud-sujud yang lain dalam shalat-shalat sunnah, maupun sujud ketika mendapat kenikmatan yang di kenal dengan sujud syukur, ataupun sujud pada saat menemui ayat-ayat sajdah ketika membaca al-Quran yang di kenal dengan sujud tilawah.

Sujud adalah sebuah aktivitas di mana seorang manusia dengan suka rela menempatkan bagian tubuh yang paling di hormati lebih rendah di bawah tempat keluarnya kotoran, dan sejajar dengan bagian tubuh yang paling bawah, sebagai bentuk pengabdian yang tulus kepada kebesaran Tuhan.

Betapapun tinggi derajat dan harga seorang manusia di mata manusia lain, belum tentu di hadapan Tuhan akan mendapatkan penghargaan yang sama. Manusia akan mendapat penghargaan yang tinggi dari Tuhan justru di tentukan oleh seberapa sering ia bersujud kepadaNya. Di dalam sebuah hadits di katakan bahwa keadaan yang paling mendekatkan manusia dengan Tuhan adalah pada saat sujud.

Di samping sebagai upaya untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, di dalam sujud juga terdapat pengajaran yang agung agar manusia selalu sadar akan kelemahan diri dalam segala aspek kehidupannya yang selalu membutuhkan kasih sayang dan pertolongan Tuhan.

Manusia yang sadar akan kelemahan dirinya sudah pasti akan senantiasa berhati-hati dalam segala gerak langkahnya, ia akan selalu berusaha menata hatinya untuk tidak terjerembab dalam jurang kehancuran yang di sebabkan oleh sifat takabbur, pongah, angkuh, dan sejenisnya.

Di dalam sejarah yang sangat terkenal, kita telah di beri tahu tentang adanya pertikaian abadi antara Iblis dan manusia. Kepongahan Iblis atas pembangkangan pada Titah Tuhan telah menjerembabkan dirinya pada lembah kehina dinaan, ia menjadi musuh Tuhan paling utama karena keengganannya untuk bersujud kepada Adam yang juga berarti enggan untuk bersujud pada Titah Tuhan. Bahkan dengan gagah berani di hadapan Tuhan ia berkata: ana khairun minhu, aku lebih baik darinya. Andai saja ketika itu Iblis bersedia untuk bersujud, tentu akan luruh segala kepongahan diri dan perannya sebagai imam para malaikat tidak akan pernah tergantikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun