Konsep diri ideal terbentuk dari persepsi dan keyakinan remaja tentang dirinya yang diharapkan, atau yang ingin dan seharusnya dimilikinya.
Perkembangan konsep diri
Menurut Calhoun dan Acocella, ketika lahir manusia tidak memiliki konsep diri, pengetahuan tentang diri sendiri,dan penilaian pada diri sendiri. Artinya individu tidak sadar dia adalah bagian yang tidak terpisahkan dari lingkungan. Sensasi yang dirasakan oleh anak pada waktu masih bayi tidak disadari sebagai suatu yang dihasilkan dari interaksi antara dua factor yang masing-masing berdiri sendiri,yaitu lingkungan dan dirinya sendiri, yaitu lingkungan dan dirinya sendiri. Namun, keadaan individu akan dapat membedakan antara "aku'' dan "bukan aku". Pada saat itu, individu mulai menyadari apa yang dilakukan seiring dengan menguatnya pancaindra. Individu dapat membedakan dan belajar tentang dunia yang bukan aku. Berdasarkan hal ini individu membangun konsep diri.
Perkembangan Emosi
Kata "emosi" berasal dari "emetus" atau "emouere"bermakna "to still up" yakni suatu dorongan terhadap sesuatu yang lain. Di dalam Word College Dictionary, emosi adalah "setiap rangkaian kegiatan pikiran atau perasaan, nafsu serta setiap kondisi mental yang hebat atau meluap-luap". (L.A. Sroufe) mendefenisikan emosi (emotions) adalah "reaksi subjektif terhadap pengalaman yang diasosiasikan dengan perubahan fisiologi dan tingkah laku". Sementara dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia emosi ialah "berupa luapan perasaan yang berkembang dan akan surut dalam waktu singkat."
Emosi adalah perasaan yang ada dalam diri individu. Emosi dapat berupa perasaan senang atau tidak senang, perasaan baik atau buruk. Emosi juga Goleman menyatakan bahwa "emosi merujuk pada suatu perasaan atau pikiran-pikiran khasnya, suatu keadaan biologis dan psikologis serangkaian kecenderungan untuk bertindakÂ
Perkembangan Moral, Nilai dan Sikap
Moral adalah ajaran tentang baik buruk suatu perbuatan dan kelakuan, akhlak, kewajiban, dan sebagainya. Dalam moral diatur segala perbuatan yang dinilai baik dan perlu dilakukan, serta sesuatu perbuatan yang dinilai tidak baik dan perlu dihindari. Moral berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk membedakan antara perbuatan yang benar dan yang salah. Dengan demikian, moral juga mendasari dan mengendalikan seseorang dalam bersikap dan bertingkah laku.
Nilai-nilai adalah patokan-patokan yang berlaku dalam kehidupan masyarakat, misalnya adat kebiasaan dan sopan santun (Sutikna,1988:50) sopan santun, adat kebiasaan, dan nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila adalah nilai-nilai hidup yang menjadi pegangan seluruh warga negara indonesia. Jadi, nilai adalah ukuran baik-buruk, benar salah, boleh-tidak boleh, indah-tidak indah suatu perilaku atau pernyataan yang berlaku dalam kehidupan suatu kelompok masyarakat. Oleh kerna itu, nilai mendasari sikap dan prilaku seseorang dalam kehidupan di masyarakat.
Adapun sikap menurut Gerungan, Secara umum diartikan sebagai kesedian bereaksi individu terhadap sesuatu. Sikap ini berkaitan dengan motif dan mendasari tingkah laku seseorang. Tingkah laku yang dapat terjadi dan akan diperbuat seseorang dapat diramal jika diketahui sikapnya. Sikap belum merupakan suatu tindakan, tetapi baru merupakan kecenderungan. Jadi, sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek sebagai hasil penghayatan terhadap objek tertentu. Dengan kata lain, nilai perlu di kenal kan terlebih dahulu, kemudian dihayati dan didorong oleh moral, baru akan terbentuk sikap tertentu dan akhirnya terwujud perilaku sesuai dengan nilai-nilai yang dimaksud.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H