Hari itu merupakan hari yang sangat ditunggu-tunggu oleh semua murid SMA Cahaya Madani. Hari kelulusan bagi kelas XII. Semua orang bersorak sorai karena tidak ada seorang pun dari teman mereka yang tinggal kelas. Semua murid dinyatakan lulus. Banyak diantara mereka yang sibuk mempersiapkan dokumen untuk melanjutkan pendidikan di bangku kuliah. Namun tidak bagi Sarah. Ia harus menerima kenyataan bahwa sang ayah tidak mengizinkannya melanjutkan kuliah. Banyak yang menyayangkan keputusan sang ayah karena Sarah dikenal sebagai murid yang pintar bahkan ia selalu masuk ranking 10 besar di kelas.
Sang ayah beranggapan bahwa percuma bagi seorang perempuan untuk melanjutkan sekolah setinggi langit karena ujungnya akan menjadi ibu rumah tangga. Sarah sangat sedih. Ibunya pun merasa sangat sedih. Ibu Sarah sempat meminta bantuan kepada saudara terdekat mereka agar menasehati sang ayah, namun nihil. Hasilnya tetap sama. Sang ayah dengan kekeh tidak mengizinkan anaknya untuk kuliah. Ibu Sarah pun pasrah dengan keputusan suaminya.
Selama ini memang suaminya lah yang mendominasi keluarga. Mungkin karena suaminya lah yang mencari nafkah karena ibu Sarah merupakan seorang ibu rumah tangga.
Ayah Sarah menyarankan anaknya untuk mencari pekerjaan ke luar kota. Sarah pun menuruti keinginan sang ayah. Ia mendaftarkan diri di sebuah perusahaan otomotif. Sarah berhasil lolos di seleksi tahap pertama yaitu seleksi berkas. Sayangnya pada seleksi terakhir ia harus gugur. Sebagai anak pertama yang dituntut untuk sukses Sarah semakin frustasi. Sarah yang dikenal pendiam tidak bisa meluapkan emosinya secara penuh. Ia tidak ingin membuat sang ibu bertambah sedih.
Tiga bulan lalu tante Sarah mengalami sesak nafas dan langsung dilarikan ke rumah sakit. Ia dinyatakan meninggal karena covid-19. Tante Sarah merupakan inspirasi sarah dalam berperilaku. Dari mulai menunaikan kewajiban dalam beribadah hingga menolong sesama. Sebelum meninggal tante Sarah sempat memberikan sajadah yang ia bawa langsung dari Mekkah saat melaksanakan ibadah haji tahun lalu. Sajadah biru yang biasa ia pakai untuk shalat dengan gambar Ka'bah di tengahnya.
Sepeninggal sang tante, Sarah sering meluapkan emosinya dengan menangis di balik sujudnya di sajadah biru itu. Ia selalu menceritakan semua masalah hidupnya pada Sang Pencipta. Hingga penantiannya pun berbuah hasil. Ia diterima kerja di sebuah perusaahan asing dengan gaji mentereng setara lulusan kuliah. Ia senang karena bisa membantu perekonomian keluarga dan melanjutkan perjuangan sang tante dengan menolong sesama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H