Kuajak kau terbang tinggi tapi malah jatuh ke dasar bumi. Begitulah kata-kata yang cocok untuk menggambarkan kekalahan Garuda muda saat bersua Harimau Malaya muda, di ajang kualifikasi Piala Asia U-23 2018, Rabu (19/7). Dengan squad mumpuni dan pelatih top Eropa, yang notabene pernah membawa timnas Spanyol U-21 menjuarai Piala Eropa U-21, Garuda Muda harus bertekuk lutut dihadapan timnas Malaysia dengan skor 0-3 tanpa balas.Â
Hasil yang sangat mengejutkan, melihat persiapan timnas garuda lebih matang dibandingkan timnas Malaysia. Bahkan timnas Malaysia hanya melakukan persiapan kurang dari 2 minggu. Dengan kekalahan ini tentunya mengingatkan kembali memori kelam atas kekalahan timnas indonesia di ajang Final AFF Suzuki Cup 2010 dan Final Sea Games 2011.
Harapan yang tinggi dari rakyat indonesia terhadap garuda muda untuk bisa lolos Piala Asia U-23, membuat para pemain tertekan. Terbukti Febri cs, bermain tidak lepas, hanya mengandalkan skill individu, dan tidak bermain sebagai tim. Terlepas dari itu, Luis milla memilih komposisi pemain yang cukup mengejutkan di awal pertandingan, dirinya tidak menyertakan Evan Dimas dan Hansamu Yama ke dalam starting eleven. Keputusan Milla ini tentu menjadi pertanyaan. Terlebih kedua pemain tersebut merupakan pemain yang sarat pengalaman yang pernah mengecap penampilan bersama timnas senior.
Ketidakhadiran sosok Evan Dimas yang digadang-gadang akan menjadi pemain bersinar di ajang kualifikasi Piala Asia, berimbas  di lini tengah squad garuda muda. Saat babak pertama dapat dilihat lini tengah timnas garuda yang diisi Gian Zola, Hanif Sjahbandi, dan Hargianto bisa dibilang "amburadul" ketiga pemain tersebut tidak sesuai harapan, seperti berlari tanpa arah dan minim kreatifitas yang praktis hanya memberikan umpan-umpan panjang ke depan. Ditambah permainan kedua sayap yang hanya mengandalkan skill individu dan terlihat kebingungan ingin mengumpan atau menembak langsung. Hal tersebut menambah "amburadul" nya permainan garuda muda di babak pertama.
Selain itu ketidakhadiran Hansamu Yama juga berpengaruh di lini belakang, terbukti garuda muda kebobolan 3 gol dengan situasi mudah. Gol pertama yang bersarang di gawang Indonesia tercipta saat laga baru berjalan 4 menit. Gol dicetak oleh Syafiq Ahmad yang berhasil menuntaskan bola umpan lambung setelah meloloskan diri dari jebakan offiside.Selang 16 menit kemudian, sundulan Jafri Firdaus yang berbuah gol memperlebar jarak dan membuat Indonesia tertinggal 0-2. Dan gol ketiga Malaysia yang membuat Indonesia semakin jauh tertinggal dicetak oleh N Thanabalan lewat sundulannya pada menit ke-30.
Bagas Adi yang diplot sebagai kapten, nampaknya belum bisa menjalankan tugasnya dengan baik. Diduetkan dengan Andi Setyo di lini belakang, terlihat terlalu gampang ditembus penyerang lawan karena organisasi yang sangat buruk. Ditambah kontribusi kiper Satria Tama yang sering melakukan kesalahan.
Memasuki babak kedua. Luis Milla melakukan sedikit perubahan. Ia memasukan Evan Dimas dan Asnawi Mangkualam untuk lebih menghidupkan lini tengah Indonesia yang minim kreatifitas di babak pertama. Hasilnya cukup positif. Masuknya Evan dan Asnawi membuat permainan suad Garuda Muda lebih hidup dan berpola. Bahkan beberapa peluang emas berhasil didapatkan timnas Indonesia. Namun lagi-lagi, penyelesaian akhir yang belum maksimal masih menjadi kendala untuk mencetak gol. Alih-alih dapat mengejar ketertinggalan, Indonesia harus kehilangan satu pemainnya yang dikartu merah. Asnawi Mangkualam, di kartu merah pada menit ke-74.
Keunggulan 0-3 timnas Malaysia atas Indonesia bertahan hingga wasit meniupkan peluit panjang. Dengan kekalahan ini, otomatis menipiskan kans Indonesia untuk bisa melenggang ke putaran final Piala Asia U-23 2018 mendatang. Indonesia harus memenangkan sisa 2 pertandingan dengan margin gol yang banyak, jika ingin lolos ke China tahun depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H