Semangat yang tidak pernah menyerah dan perjuangan Singa Atlas (Julukan timnas Maroko) dalam gelaran Piala Dunia 2022 Qatar, membuat negara yang ber-ibukota di Rabat ini ramai diperbincangkan sekaligus menjadi inspirasi banyak orang.
Meski harus gagal melaju ke partai grand final dan memperebutkan supremasi tertinggi, Maroko yang hanya berperingkat empat Piala Dunia 2022 merupakan negara yang menyandang gelar "Juara" dalam bidang Energi Terbarukan ramah lingkungan.
Track and record Maroko di Piala Dunia 2022 patut untuk dicontoh negara - negara lain. Tak hanya sampai disitu, upaya Maroko dalam melawan krisis iklim dan pemanasan global juga harus didorong, agar diikuti pemerintah negara-negara lain, khususnya Indonesia.
Maroko yang sebagian besar wilayahnya terdiri dari gurun dan pegunungan yang terjal ini memiliki sumber daya alam yang sangat melimpah untuk menghasilkan tenaga air, angin, dan surya, serta telah melakukan langkah-langkah signifikan untuk mewujudkan Energi yang ramah bagi lingkungan.
Langkah awal Maroko untuk menghadapi perubahan iklim dimulai pada pertengahan tahun 2000 dengan memutuskan untuk menjadi pelopor dalam energi bersih, ramah lingkungan dan mendorong untuk membangun proyek - proyek energi terbarukan secara masif.Â
Sejak tahun 2009, Maroko mempunyai ambisi besar untuk membangun energi terbarukan yang berasal dari tenaga surya dan angin untuk memenuhi kebutuhan listrik mereka. Tercatat ada kurang lebih 600 masjid dengan instalasi tenaga surya yang lebih ramah bagi lingkungan.
Di masjid-masjid, konsumsi energi tertinggi adalah penggunaan lampu penerangan, disusul  kebutuhan listrik harian untuk peralatan audio yang digunakan dalam sholat dan peralatan kebersihan elektronik.
"Tahun 2009 Maroko berencana memasang 42% dari total kapasitas daya terpasang berasal dari tenaga energi terbarukan pada tahun 2020. (Meskipun baru terealisasi 37% pada tahun 2022). Rencana tersebut mendorong ekspansi besar-besaran di tenaga angin dan surya selama dekade berikutnya, dengan kapasitas fotovoltaik surya (PV) meningkat 16 kali lipat dan angin 6 kali lipat pada tahun 2020".
Selain membangun energi terbarukan yang berasal dari tenaga surya maupun tenaga angin, Maroko juga berupaya mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil serta berkomitmen untuk tidak membangun Pembangkit PLTU Batubara baru lagi.