Mohon tunggu...
Siti Fatonah
Siti Fatonah Mohon Tunggu... -

aku akan menikmati hidup dengan penuh cinta.. :)

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Melestarikan Bahasa Ibu

13 Juni 2012   11:51 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:02 1167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Bahasa ibu adalah bahasa yang potensial dikuasai oleh seseorang sejak lahir secara terwaris. Bahasa ibu adalah bahasa pertama seseorang (Jos Daniel Parera: 17). Bahasa adalah identitas yang dimiliki setiap manusia sebagai identitas dirinya. Identitas individu atau jati diri seseorang dapat mudah diketahui dari warna bahasa atau idioleknya. Descrates menyampaikan bahwa bahasa itu adalah milik khas manusia. Peranan bahasa sangat penting karena sebagai bahan komunikasi satu sama lain. Penggunaan bahasa ibu adalah mekanisme dasar dari kelestarian manusia.

Keberadaan bahasa ibu saat ini cukup memprihatinkan. Setiap dua pekan penduduk bumi kehilangan satu bahasanya. Diperkirakan abad ke-21 akan menelan 50 persen dari 5000 bahasa di dunia. Para pakar bahasa telah memperkirakan bahwa tidak satu pun bahasa mampu bertahan jika tidak ada 100 ribu orang penuturnya. Direktur Jenderal UNESCO perwakilan Jakarta menyatakan bahwa 61 persen dari 6.000 bahasa di dunia berdomisili di kawasan Asia Pasifik. Dan 700 di antaranya berada di Indonesia. Dari jumlah itu, 300 bahasa dalam kondisi hampir punah. Kepunahan bahasa otomatis berarti hilangnya sebagian kebudayaan dan nilai serta kearifan lokal yang terkandung di dalamnya.

Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Mataram (Unram), Nurachman Hanafi mengatakan besarnya jumlah Bahasa Daerah merupakan aset nasional bangsa yang tak terhingga jika para penuturnya menyadari betapa keberagaman bahasa itu penting, mempertahankan keberagaman bahasa erat kaitannya dengan stabilitas kesuksesan kemanusiaan.  Alasannya, jika transmisi bahasa yang pluralistis melemah mengakibatkan hilangnya waris-mewariskan pengetahuan tentang kebahasaan. Melemahnya keberagaman bahasa membuat kekuatan adaptasi manusia sebagai mahluk sosial merosot sebagai akibat rendahnya pola pikir.

Sebagai bangsa yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kebudayaan sudah saatnya tidak tinggal diam untuk menghadapi ancaman kepunahan bahasa ibu ini. Ikut mewariskan bahasa ibu adalah cara pertama yang harus dilakukan. Misalnya, meskipun bahasa di dalam keseharian adalah bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, setidaknya kita saling mempelajari bahasa daerah. Orangtua juga memiliki tanggungjawab terhadap pewarisan ini. Tentu saja pewarisan ini dengan mengenalkan bahasa ibu kepada anaknya. Salam Budaya Indonesia!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun