Mentari terbit di ufuk timur,Â
menyapu gelap dengan cahaya hangat.Â
Tak pernah ia bertanya letih,Â
tak pernah ia meminta jeda.Â
Di pagi yang riuh ia tersenyum,Â
menyapa embun di ujung dedaunan.Â
Di siang terik ia tetap bersinar,Â
walau awan kadang menghalangi pandang.Â
Senja pun tiba, ia perlahan pergi,Â
bukan untuk menyerah,Â
tapi untuk memberi ruang bagi rembulan,Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!