Pagi di dapur ibu,
Adalah simfoni kehangatan,
Dimulai dengan suara panci dan wajan,
Dan aroma kopi yang mengisi udara.
Ibu, sang maestro,
Menari dengan spatula dan sendok kayu,
Menghadirkan sarapan penuh cinta,
Untuk kita yang masih terlelap.
Roti panggang beraroma manis,
Telur mata sapi yang sempurna,
Dan segelas susu hangat,
Adalah caranya menyapa pagi.
Di meja kayu yang penuh cerita,
Kita duduk bersama, saling berbagi,
Dengan canda tawa dan cerita semalam,
Menikmati momen kecil yang bermakna.
Tangan ibu, penuh kasih sayang,
Membelai kepala kita satu per satu,
Mengalirkan kekuatan untuk menghadapi hari,
Dengan senyuman lembut yang menenangkan.
Pagi di dapur ibu,
Adalah saat di mana cinta terasa nyata,
Dalam setiap suapan dan tegukan,
Dalam setiap sentuhan dan tatapan.
Di dapur itu, kami belajar,
Tentang kesabaran dan keikhlasan,
Bahwa cinta sejati,
Ada di setiap hal kecil yang ia lakukan.
Saat matahari mulai naik tinggi,
Dan kami siap untuk menjalani hari,
Hati ini selalu rindu,
Untuk kembali ke pagi di dapur ibu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H