Mohon tunggu...
Siti Fatmawati
Siti Fatmawati Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswi

Menulis dan menuangakan isi pikiran

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Kota Tua

10 Februari 2024   00:47 Diperbarui: 12 Februari 2024   15:25 651
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Dalam labirin waktu, kota tua berdiri gagah,
Penuh dengan cerita, mengalir dalam sejarah.
Jalan-jalan berbatu bersaksi diam,
Rumah-rumah kuno berbisik pada malam.

Dinding-dinding catokan memberi sapa,
Cermin jendela mencerminkan masa.
Atap-atap cokelat melengkapi senja,
Di setiap gerobak, kisah hidup terjalin.

Jendela-jendela kayu menatap masa,
Menyimpan rahasia, meresapi waktu.
Pohon-pohon tua bertutur pelan,
Dalam riak angin, kota menyembunyikan janji.

Lampu-lampu jalan berpendar malu,
Menyinari kisah-kisah yang terlalu tua.
Dalam riuh tawa pasar berdebu,
Kota tua mencipta syair yang abadi.

Oh, kota tua, teman setia waktu,
Menyulam kenangan di setiap sudut.
Jejak-jejak langkah menyusuri lorong,
Mengurai benang memori yang terlalu panjang.

Di setiap sudutnya ada kisah cinta,
Yang mekar di pelukan tembok tembaga.
Kota tua, engkau tak lekang oleh usia,
Melainkan semakin bercahaya dalam penantian.

Dalam keheningan malam yang melingkup,
Bisikan kota tua merayap perlahan.
Sorot mata bangunan tua bercerita,
Dalam puisi yang terukir di batu zaman.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun