Di ruang sunyi, dalam tatapan yang lembut,
Salam terakhir terpahat, di antara kita berdua.
Ketika senja merayap, merona di horizon,
Hati-hati berkata, dalam bahasa cinta terakhir.
Jejak langkah terakhir, memudar di keheningan,
Salam terakhir diucapkan, meski tak terucap.
Seperti reruntuhan kenangan yang tersingkir,
Waktu terhenti, sejenak, dalam pelukan perpisahan.
Matahari terbenam, mengantar salam terakhir,
Warna-warni langit, merayakan perpisahan.
Dalam sentuhan angin, pesan terakhir disampaikan,
Salam yang terukir, di ruang tak berwaktu.
Puisi terakhir, dihanyutkan oleh air mata,
Salam dalam diam, menyapa tanpa kata-kata.
Pergi dalam senyap, seperti melabuhkan perahu,
Salam terakhir, dalam irama hati yang terluka.
Di bawah cahaya bulan, berderai rindu,
Salam terakhir menjadi bayangan di relung jiwa.
Mencari makna, dalam kata-kata yang tak terucap,
Salam terakhir, menggema di keheningan malam.
Dalam alunan doa, terdengar serpihan-serpihan,
Salam terakhir menyusuri angin malam.
Seperti lagu yang berakhir, takdir yang terucap,
Salam terakhir, menjadi sejarah di luar waktu.
Namun, dalam hati, salam itu tak pernah mati,
Terukir abadi, dalam kenangan yang penuh rasa.
Salam terakhir, menjadi permulaan yang tersirat,
Di ruang tak terlihat, kisah kita tetap abadi.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI