Pintu kayu yang setia menunggu,
Berdiri tegak di ambang waktu yang berjalan.
Saksi bisu di depan sejarah yang terlipat,
Menghadap dunia dengan tanda-tanda usang.
Goresan-goresan di permukaannya,
Merupakan jejak perjalanan yang tak terlupakan.
Seiring berjalannya waktu, mengalir bagai sungai,
Pintu kayu tetap setia, tak luntur oleh angin dan hujan.
Bagaikan penjaga rahasia di antara dinding,
Menyimpan kisah-kisah yang tak bisa terucapkan.
Setiap bukaan dan tutupan, suatu doa tersirat,
Pintu kayu setia menunggu, menjaga rahasia hati.
Di balik serat-serat kayu yang bertemu,
Tersemat doa-doa yang ditenun dengan cinta.
Pintu kayu yang setia menunggu,
Seolah mengajarkan kesetiaan kepada yang lewat.
Gesekan engselnya seperti melodi lama,
Menggema dalam kesunyian dan keramaian.
Pintu kayu yang setia menunggu,
Merupakan simbol kehidupan yang terus berputar.
Kadang terbuka lebar untuk menyambut,
Kadang rapat erat untuk melindungi.
Pintu kayu yang setia menunggu,
Menjadi saksi bisu setiap detik yang tercipta.
Dalam sendu senja atau gemulai pagi,
Pintu kayu tetap setia menanti.
Bagaikan pelabuhan hati yang terbuka,
Pintu kayu yang setia menunggu, menantikan kembali.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H