Mohon tunggu...
Siti Fatmawati
Siti Fatmawati Mohon Tunggu... mahasiswi

Menulis dan menuangakan isi pikiran

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Rindu Tapi Gengsi?

10 Agustus 2023   02:24 Diperbarui: 10 Agustus 2023   02:33 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di antara semua perasaan, rindu adalah salah satu yang paling rumit. Dan ketika rindu bertemu dengan gengsi, situasinya bisa menjadi semakin rumit. Bagaimana cara menghadapi rindu tapi juga menjaga gengsi?

Di sebuah kota kecil, hiduplah seorang pemuda bernama Dian. Ia memiliki seorang teman dekat bernama Maya. Meskipun mereka sering bersama dan berbagi banyak momen, Dian selalu merasa ada perasaan lebih dari sekadar persahabatan yang ia rasakan terhadap Maya. Namun, ia juga memiliki rasa gengsi yang besar, takut bahwa perasaannya akan ditolak dan hubungan persahabatan mereka akan rusak.

Setiap kali Dian merasa rindu pada Maya, ia mencoba untuk menahan perasaannya. Ia menganggap bahwa mengungkapkan rindu itu adalah tanda kelemahan, dan gengsi melarangnya untuk melakukannya. Ia berpikir bahwa merindukan seseorang adalah sesuatu yang tak perlu diketahui oleh orang lain.

Namun, rindu itu semakin kuat dan sulit diabaikan. Dian merasa seperti ada yang hilang dalam hidupnya saat Maya tidak ada di dekatnya. Ia pun memutuskan untuk mencari nasihat dari seorang teman yang lebih dewasa, Tio.

Tio, dengan bijaknya, berkata, "Dian, rindu adalah bagian dari kehidupan. Tak perlu malu atau takut untuk merasa rindu pada seseorang. Namun, gengsi tidak seharusnya menghalangimu untuk mengungkapkan perasaan itu dengan sopan."

Dian mengangguk, tetapi tetap merasa ragu. Hingga suatu hari, ia melihat Maya sedang duduk sendirian di taman, memandang langit senja. Hati Dian berdetak kencang. Ia merasa bahwa inilah saat yang tepat untuk mengatasi rindu dan gengsinya.

Dengan langkah ragu, Dian mendekati Maya. Ia mengambil napas dalam-dalam, lalu berkata, "Maya, aku ingin berbicara tentang sesuatu yang lama aku pendam. Aku merasa rindu ketika kamu tidak ada di sini. Tapi aku juga punya rasa gengsi untuk mengatakannya."

Maya memandang Dian dengan tatapan penuh pengertian. Ia tersenyum dan berkata, "Dian, tak perlu merasa gengsi. Rindu adalah perasaan manusiawi. Dan aku juga merasa rindu ketika kita tidak bersama. Persahabatan kita tidak akan rusak hanya karena kita saling mengungkapkan perasaan."

Mendengar kata-kata Maya, beban rasa gengsi yang selama ini dipikul Dian mulai terangkat. Ia merasa lega dan bahagia karena akhirnya bisa mengungkapkan perasaannya tanpa takut merusak hubungan mereka.

Sejak saat itu, Dian dan Maya menjadi lebih terbuka satu sama lain. Mereka belajar bahwa rindu adalah bagian dari persahabatan yang kuat, dan mengungkapkannya tidak akan merusak hubungan yang mereka miliki. Gengsi yang dulu menghambat mereka, kini menjadi sebuah pelajaran berharga tentang kejujuran dan keterbukaan.

Kisah Dian dan Maya mengajarkan bahwa merindukan seseorang adalah hal yang wajar, dan mengungkapkan perasaan tidak boleh dikendalikan oleh gengsi. Jika kamu merasa rindu pada seseorang, tak perlu ragu untuk mengungkapkannya dengan cara yang baik dan sopan ungkapkan saja ya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun