Di bawah cahaya rembulan yang lembut, hati seorang anak dipenuhi oleh rindu yang mendalam. Ia duduk sendirian di tepi jendela kamarnya, memandang langit yang penuh bintang, tapi hatinya lebih terasa hampa. Anak itu adalah Aria, seorang pemuda yang sedang menjalani kehidupan jauh dari rumahnya.
Aria telah pergi meninggalkan rumahnya untuk mengejar impian dan menempuh pendidikan di kota besar. Perpisahan dengan ibu adalah hal yang paling berat baginya. Ibunya, seorang wanita yang penuh kasih dan pengertian, selalu menjadi pusat kehangatan dalam hidupnya.
Setiap kali memikirkan ibunya, Aria teringat senyuman hangat yang selalu menyambutnya setiap pagi. Ia merindukan aroma masakan ibunya yang menggoda selera, serta pelukan lembut yang selalu memberi kenyamanan saat ia sedih atau takut.
Mimpi-mimpi indah dan nasihat bijak ibunya selalu membimbing langkah Aria ketika ia menghadapi tantangan hidup di kota besar. Ibunya selalu mengatakan bahwa dia harus menjadi yang terbaik dan tak pernah menyerah pada impian. Semangat itu menjadi alasan kuat baginya untuk terus maju.
Namun, meski rindu itu begitu besar, Aria sadar bahwa ia harus tetap berjuang. Ibu pasti ingin melihatnya bahagia dan sukses. Ia berjanji pada dirinya sendiri bahwa ia akan meraih impian dan membahagiakan ibunya.
Setiap kali rindu itu mendera, Aria menghubungi ibunya melalui panggilan video. Melihat wajah ibunya, mendengar suaranya, membuat hati Aria sedikit lega dan mengobati kerinduannya. Ibunya selalu memberikan semangat dan dukungan, memberinya kepercayaan bahwa ia bisa melewati semua rintangan.
Waktu berjalan, Aria semakin dekat dengan cita-citanya. Ia belajar keras, mengejar impian, dan melangkah maju di jalan yang telah ia pilih. Ibunya selalu menjadi sumber inspirasinya. Ia tahu, tanpa dukungan dan cinta ibunya, ia takkan bisa sampai di titik ini.
Suatu hari, setelah lama berpisah, Aria bisa kembali pulang ke rumah. Hatinya berdebar-debar saat melangkah ke rumah yang penuh kenangan itu. Saat ibunya membuka pintu dan menyambutnya dengan senyuman, Aria merasa dunianya lengkap kembali.
Mereka berdua saling merangkul dengan erat, air mata haru mengalir bahagia. Tak ada kata-kata yang perlu diucapkan, rindu yang selama ini dipendam kini berubah menjadi kebahagiaan yang tak terlukiskan.
Malam itu, mereka duduk bersama di bawah cahaya bulan. Aria menceritakan perjalanan hidupnya, tantangan, dan pencapaiannya. Ibunya mendengarkan dengan penuh perhatian, bangga melihat anaknya yang tumbuh menjadi pria tangguh dan berbakat.
Sejak itu, Aria lebih sering berkunjung ke rumah. Ia belajar untuk lebih menghargai waktu bersama ibunya, mengejar setiap kesempatan untuk membuat ibunya bahagia.