Ramadhan telah pergi, ada yang terasa hilang di sini. Betapa kesempatan menangguk pahala berlipat ganda sudah berlalu. Dan kita tak tahu, akankah tahun depan dapat kembali bertemu.
Sedih dan gembira memang serupa dua sisi keping dinar yang seringkali kita upayakan. Dua sisi yang akan selalu ada dan tak pernah saling meninggalkan. Demikian juga di setiap akhir ramadhan, di awal syawal. Ada duka ditinggalkan ramadhan, namun ada pula kegembiraan menyambut syawal.
Rasulullah shalallahu 'alaihi wassalam bersabda,
:
"Orang yang berpuasa akan meraih dua kegembiraan, kegembiraan ketika berbuka puasa/berhari raya, dan kegembiraan ketika bertemu Tuhannya," (HR Muslim).
Dalam Marqatul Mafatih dijelaskan, dua kegembiraan itu meliputi di dunia dan di akhirat.
Pertama, kegembiraan saat berbuka karena telah terbebas dari tanggungan perintah Allah atau sebab mendapatkan pertolongan dapat menyempurnakan puasa atau sebab dapat makan dan minum sesudah menahan lapar dan dahaga atau sebab meraih pahala yang diharapkan.
Ibnu Rajab rahimahullah berkata, "Hati asalnya sangat tertarik dengan berbagai syahwat seperti makan, minum dan berhubungan intim dengan pasangan. Jika suatu waktu hal itu dilarang, namun kembali dibolehkan di waktu lainnya, maka ketika hal itu dibolehkan hati akan berbahagia. Lebih-lebih jika hati begitu berharap untuk merasakannya. Karena dengan syahwat tadi jiwa begitu tertarik." (Lathoiful Ma'arif)
Kedua, kegembiraan saat bertemu Tuhannya. Orang yang berpuasa akan mendapatkan pahala yang tersimpan di sisi Allah dari amalan puasanya. Ia akan mendapatkan pahala yang lebih baik di sisi Allah. Sebagaimana Allah Ta'ala berfirman,
"Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. " (QS. Al Muzammil: 20).
Dan kegembiraan itu akan semakin terasa ketika kita bisa merasakannya bersama ahlul bait (pasangan, anak-anak, orangtua).